Kamis, 17 Oktober 2013

Arti cinta

cinta itu indah,tpi trkadang bnyk org yg slah mngartikan cinta bhkan ktika org tu mrsakn kkcwaan cinta lah yg di salahkn n dbnci,.karkter org berbda n stiap indivdu pnya cra yg berda ttg cinta individu tu sndri yg ngrusak mkna cinta yg sbnrnya,.asal klian tau cinta tu mnangis ktka smua org mlkukkan yg ga shrsnya dilkukan s'lom wktunya mengatas nmakn cinta,.cinta tu tdk buta tp hnya memahami.cinta buta tu cinta yg ga sehat,.smoga klian bsa ngrti ttg pa yg gw tulis ni,.mga klian org yg bner2 ngrti n pham ttg pha tu cnta yg hakiki,.???

cinta itu akan membuat kita senang tetapi disaat kita cemburu buta kita akan kehilangan pengertian untuk memahami masalahnya. hingga akhirnya cinta itu sangat menyakitkan, dan sampai sekarang saya belum bisa melupakan orang yang sangat saya cintai. tetapi saya menyadarinya, bahwa cinta itu tidak dapat dihindarkan karena cinta yang muncul dari lubuk hati terdalam adalah cinta yang tulus dari hati kita

cinta itu perpaduan dari sayang dan nafsu, sayang itu keihklasan untuk membahagiakan, nafsu itu hasrat yang untuk membahagiakan diri sendiri, mencintai dan dicintai adalah sebuah proses saling memberi dan menerima, cinta hadir membawa bahagia dan derita yang keduanya tidak terpisahkan.....

. apakah mungkin orang bisa hidup tanpa cinta?? Cinta terkadang bisa membuat orang jatuh bangun,bisa membuat orang berdiri tegak tanpa takut apapun tapi sebaliknya bisa membuat orang lemah tak berdaya.. apa yang harus dilakukan dengan cinta..

cinta itu tak bisa di ungkapkan dgan kata2...tak dpat dilukiskan dengan gambar dan tak dapat di hitung dengan kalkulator,,,pokoknya cinta itu indah tapi juga bisa menjadi kesedihan buat kita.

Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh Tuhan pada sepasang manusia untuk saling…. (saling mencintai, saling memiliki, saling memenuhi, saling pengertian dll). Cinta itu sendiri sama sekali tidak dapat dipaksakan, cinta hanya dapat brjalan apabila ke-2 belah phiak melakukan “saling” tersebut… cinta tidak dapat berjalan apabila mereka mementingkan diri sendiri. Karena dalam berhubungan, pasangan kita pasti menginginkan suatu perhatian lebih dan itu hanya bisa di dapat dari pengertian pasangannya.

Cinta adalah memberikan kasih sayang bukannya rantai. Cinta juga tidak bisa dipaksakan dan datangnya pun kadang secara tidak di sengaja. CInta indah namun kepedihan yang ditinggalkannya kadang berlangsung lebih lama dari cinta itu sendiri. Batas cinta dan benci juga amat tipis tapi dengan cinta dunia yang kita jalani serasa lebih ringan.

Cinta itu perasaan seseorang terhadap lawan jenisnya karena ketertarikan terhadap sesuatu yang dimiliki oleh lawan jenisnya (misalnya sifat, wajah dan lain lain). Namun diperlukan pengertian dan saling memahami untuk dapat melanjutkan hubungan, haruslah saling menutupi kekurangan dan mau menerima pasangannya apa adanya, tanpa pemaksaan oleh salah satu pihak. Berbagi suka bersama dan berbagi kesedihan bersama.

Cinta itu adalah sesuatu yang murni, putih, tulus dan suci yang timbul tanpa adanya paksaan atau adanya sesuatu yang dibuat-buat, Menurut saya pribadi cinta itu dapat membuat orang itu dapat termotivasi untuk melakukan perubahan yang lebihb aik daripada sebelum ia mengenal cinta itu. Cinta itu sesuatu yang suci dan janganlah kita menodai cinta yang suci itu dengan ke-egoisan kita yang hanya menginginkan enaknya buat kita dan ndak enaknya buat kamu. TIPS; untuk mengawetkan cinta dibutuhkan PENGERTIAN!

Suatu perasaan terdalam manusia yangmembuatnya rela berkorban apa saja demi kebahagiaan orang yang dicintainya. Pengorbanannya itu tulus, tidak mengharap balasan. Kalau misalnya memberi banyak hadiah ke seseorang tapi dengan syarat orang itu harus membalasnya dengan mau jadi kekasihnya, itu bukan cinta namanya. CInta tidak bisa diukur dengan materi ataupun yang berasal dari dunia fana. Dan percayalah… cinta terbesar biasanya selalu datang dari ibu kandung, bukan dari pacar (sebab cinta pacar bisa luntur suatu saat atau setelah menikah kelak).

Cinta, membuat bahagia, duka ataupun buta. Cinta itu penuh pengorbanan, kepahitan, keindahan dan kehangatan. Cinta adalah sebuah keinginan untuk memberi tanpa harus meminta apa-apa, namun cinta akan menjadi lebih indah jika keduanya saling memberi dan menerima, sehingga kehangatan, keselarasan dan kebersamaan menjalani hidup dapat tercapai. CInta adalah kata yang memiliki banyak makna, bergantung bagaimana kita menempatkannya dalam kehidupan. Ai wa atatakai koto da.

Cinta itu bisa membuat orang buta akan segalanya hanya demi rasa sayang terhadap sang kekasih. Kita juga tau apa maknanya cinta itu. Cinta psti bisa membuat orang merasakan suka dan duka pada waktu yang sama ketika kita berusaha mendapat kebahagiaan bersama. Jadi bukanlah kebahagiaan untuk kita sendiri. Meskipun demikian kita jangan samapi salah langkah agar tidak menuju kesengsaraan. Lakukanlah demi orang yang kamu kasihi agar kau tidak merasa sia-sia tanpa guna. Karena hal itulah yang membuat hidup menjadi lebih hidup (Losta Masta).

Cinta adalah perasaan hangat yang mampu membuat kita menyadari betapa berharganya kita, dan adanya seseorang yang begitu berharga untuk kita lindungi. CInta tidaklah sebatas kata-kata saja, karena cinta jauh lebih berharga daripada harta karun termahal di dunia pun. Saat seseorang memegang tanganmu dan bilang ” Aku cinta kamu…” pasti menjadi perasaan hangat yang istimewa! Karena itu, saat kamu sudah menemukan seseorang yang begitu berharga buat kamu, jangan pernah lepaskan dia! Namun adakalanya cinta begitu menyakitkan, dan satu-satunya jalan untuk menunjukkan cintamu hanyalah merlekan dia pergi.

Cinta itu adalah sebuah perasaan yang tidak ada seorangpun bisa mengetahui kapan datangnya, bahkan sang pemilik perasaan sekalipun. Jika kita sudah mengenal cinta, kita akan menjadi orang yang paling berbahagia di dunia ini. Akan tetapi, bila cinta kita tak terbalas, kita akan merasa bahwa kita adalah orang paling malang dan kita akan kehilangan gairah hidup. Dengan cinta, kita bisa belajar untuk menghargai sesama, serta berusaha untuk melindungi orang yang kita cintai, apaun yang akan terjadi pada kita. Ai ga kirei’n da!

Cinta merupakan anugerah yang tak ternilai harganya dan itu di berikan kepada makhluk yang paling sempurna, manusia. Cinta tidak dapat diucapkan dengan kata-kata, tidak dapat dideskripsikan dengan bahasa apaun. Cinta hanya bisa dibaca dengan bahasa cinta dan juga dengan perasaan. Cinta adalah perasaanyang universal, tak mengenalgender, usia, suku ataupun ras. Tak perduli cinta dengan sesama mansuia, dengan tumbuhan, binatang, roh halus,ataupun dengan Sang Pencipta. Lagipula, cintaitu buta. Buta sama degnan meraba-raba. Jadi… cinta itu meraba-raba…•°•°•°•° ★★♣♠♥♦… meraba-raba isi hati yang dicinta…

♠♥♣♦•°•°• cinta itu adalah segalanya dalam hidup. tanpa cinta, hidup terasa garing. bila kehilangan cinta, sama dengan kehilangan sesuatu dari hidup. cinta saling mendukung. saat kehilangan cinta, perasaan menyesal yang luar biasa itu datang. air mata yang kita keluarkan, tak mampu tuk membalasnya. apa lagi, pada saat kita mengingat akan kisah-kisah cinta yang kita lalui bersama seseorang, perasaan akan semakin miris. hati menangis, matapun ikut menangis. satu yang harus kita relakan, "biarkan CINTA itu bahagia".
...^_^ •°•°• ^_^…...copas...
.
.
.
.
.menurut saya cinta itu indah dirasakan
..tetapi..
Kegagalan cintalah yang membuat Luka... ★__★...^__^ ...

Arti kehidupan....

APA ARTI KEHIDUPAN SEBENARNYA? HIDUP ADALAH PERMAINAN. JADILAH PEMAIN KEHIDUPAN.

Coba tanya diri anda masing –masing. Apa arti hidup menurut anda?

Hidup adalah …. .

Coba isi titik – titik yang tersedia setelah kata adalah. Pertanyaan ini sederhana, namun saya yakin isinya pasti beragam. Bisa jadi hidup adalah perjuangan, atau hidup adalah tantangan, atau hidup adalah perjalanan, dll.

Jawaban dari pertanyaan tadi bisa jadi beragam, namun ada satu hal yang perlu diperhatikan : Jawaban dari pertanyaan tersebut mencerminkan keyakinan anda atas kehidupan. Orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjuangan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjuangan yang harus di perjuangkan. Maka dari itu, hari hari dalam hidupnya akan dijalani dengan berjuang. Sedangkan orang yang meyakini bahwa hidup adalah tantangan, akan melihat bahwa hidup yang dijalaninya adalah tantangan yang harus di pecahkan. Dia akan menjalani kehidupannya dengan “memecahkan tantangan”. Orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjalanan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang harus dicapai tujuannya. Maka dari itu dia akan menjalani kehidupannya dengan “berjalan” diatasnya.

Cara kita meyakini kehidupan akan berimbas ke pola pikir kita. Pola pikir akan mempengaruhi tindakan, dan tindakan akan menghasilkan nasib.

Sekarang, bagaimana kita sebagai orang beriman seharusnya memandang kehidupan?

Terjemahan Q.S. Al – Hadid ( 57 ) Ayat 20 :

Ketahuilah, sesungguhanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam – tanamannya mengagumkan para petani; kemudian ( tanaman ) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.

Note that : hidup adalah permainan. Waw, apakah ini berarti yang kita lakukan selagi hidup ini adalah bermain dan bersenang – senang?

Pahami konteks keseluruhan tersebut. Pemahaman yang coba di ajarkan Tuhan melalui (terjemahan) wahyu ini adalah bahwa hidup adalah sebuah permainan yang jangka waktunya pendek, maka dari itu kita harus menjadi pemain dari “permainan kehidupan”, bukannya main – main dalam kehidupan.

Maksudnya?

Pemain adalah mereka yang memainkan permainan dengan serius. Cermati contoh ini : pemain sepak bola. artinya? Mereka yang bermain sepak bola yang serius mengikuti permainan sepak bola dan mematuhi peraturan –peraturannya.

Sekarang perhatikan mereka yang menjadikan dirinya “pemain” sepak bola yang sungguh – sungguh : contoh, Kaka. Apa yang Tuhan berikan kepada Kaka yang menjadikan dirinya “pemain” sepak bola? kehidupan yang luar biasa, penghasilan yang melimpah, popularitas, jutaan penggemar, dll.

Itu baru menjadikan diri sebagai “pemain” sepak bola yang notabene dibatasi oleh 45menit X 2 dalam lapangan rumput persegi dan bola bundar.

Bisa bayangkan apa yang akan Tuhan berikan jika anda menjadi “pemain” dari permainan besar kehidupan? Menjadikan diri anda seorang manusia profesional yang mengikuti peraturan dunia dan “bermain” / menjalani kehidupan dengan serius?

Imagine that.

Tanya kembali diri anda : Apa arti kehidupan bagi anda?

P.S.

1. Sebelum ada yang bertanya apa itu peraturan kehidupan? jawabannya adalah peraturan ( dan petunjuk ) yang di sampaikan oleh Nabi yang menjadi panutan anda. Apa lagi memangnya? 2. Materi ini saya dapat dari forum liqo yang saya ikuti tadi malam. Liqo secara bahasa bermakna lingkaran, sedangan liqo secara istilah yang saya maksud disini adalah sekumpulan orang yang duduk membentuk lingkaran kecil ( antara 5 – 10 orang ), dimana dalam forum tersebut ada seorang yang berperan menjadi mentor dan sisanya menjadi murid. Yang dibahas dalam forum liqo adalah berbagai hal yang benang merahnya adalah peran kita di dunia sebagai seorang beriman yang perannya adalah menjadi rahmat bagi seluruh alam. 3. Saya setuju dengan Bapak Ary Ginanjar : Jika ada ayat dari Al –Qur’an yang saya kutip, bukan bermakna tulisan ini ditujukan untuk penganut agama islam saja. Bukan dunia untuk islam, melainkan islam UNTUK dunia.
.
.
.
.copas...  ^__^ ...

Rabu, 16 Oktober 2013

Ingin kencan pertama anda sukses?

Kencan pertama dengan orang yang Anda sayang, Anda harus tampil sempurna mungkin agar kencan Anda berhasil dan membuatnya ingin bertemu dengan Anda lagi. Namun, Anda sebaiknya hindari hal ini saat kencan pertama karena akan membuat si dia malah menjauhi Anda.

Langsung mengubah status hubungan di jejaring sosial

Awalnya single lalu mengubah menjadi berpacaran di semua akun jejaring sosial. Tak cukup itu, lalu memajang semua foto saat bersama pasangan di Instagram.

Terus menerus mengirim sms cinta

Saking bahagiannya, Anda terus menerus mengiriminya pesan singkat dan menyatakan betapa bahagiannya Anda atas pertemuan yang indah dan terus menerus menyanjungnya.

Ingat itu adalah kencan pertama dan bukan usulan pernikahan.

Berharap terlalu banyak

Hanya karena berhasil melewati kencan pertama tidak berarti Anda memenangkan seluruh permainan!

Jangan salahkan diri Anda jika Anda tidak mendapat jawaban kapan kencan kedua berlangsung. Ada banyak kecanggungan selama kencan pertama. Sudah baik bisa melewati ini dan jangan berharap terlalu banyak akan kencan kedua.

Bermuram dengan ponsel di tangan menunggu telepon darinya

Cobalah membuat diri Anda sibuk dan melanjutkan hari Anda .

Jangan menelepon semua anggota keluarga Anda atau menelepon semua teman hanya untuk memberitahu mereka bahwa Anda sudah bertemu dengan jantung hati Anda, untuk pertemuan pertama kali.

Meluapkan kegembiraan boleh-boleh saja, tapi tidak perlu berlebihan.

Terlalu cuek

Anda berharap dia yang akan menelepon pertama kali, bukan Anda. Mungkin Anda tidak mau terlihat terlalu bersemangat atau terlalu berharap tapi juga jangan terlalu lama membiarkannya. Jangan sampai dia berpikir Anda tak tertarik dengan pertemuan yang baru saja dilakukan.

Mulai merencanakan hari pernikahan

Hei, cobalah tetap tenang. Jangan lantas merencanakan sesuatu yang masih sangat jauh, bahkan ketika Anda berpikir ia adalah satu-satunya buat Anda.

Jangan tiba-tiba muncul di hadapan pasangan kencan pertama Anda di kantor atau di depan rumahnya untuk memberi kejutan dan bersikap romantis.

Ini mungkin akan mengganggunya dan menganggap Anda terlalu berlebihan.

Terlalu khawatir sebaliknya nikmati saja

Kencan pertama selalu menakutkan, tapi ini bisa menjadi sejumlah potongan terbaik dari sebuah hubungan menarik.

Saat kencan pertama tubuh Anda dipenuhi adrenalin yang membuat senyum terus mengembang di wajah Anda.(yus/seru)
.

.
.kurang seru sebenernya

Rabu, 28 Agustus 2013

Dari yang kecil dulu?

Prinsip 2S - Small and simple?

Pingin mulai usaha?jgn langsung pingin gede, karena tentunya modal yg dibthkan sgt besar.

Small ~ pingin punya perusahaan konsultan, knp tdk mulai dr sekarang? kita bisa mulai berbagi hal yg kt tahu (bs lewat sosial media, blog, share tanpa mau dibayar, dst)

pingin punya franchise bimbel - knp tidak anda mulai dari yg kecil dulu? mulai mengajar dari rumah ke rumah, mulai kumpulin anak2 sekolah di rumah, dst

pingin punya toko busana muslim - knp tidak anda mulai dari yg kecil dulu? seperti jualan dg cara reseller via online, dst

pingin punya usaha resto? knp tidak anda mulai dari yg kecil dulu, spt misalnya menerima katering utk anak kost, dst

simple - usaha yg dimulai dari yg kecil akan lebih tahan banting, tdk membutuhkan modal terlalu besar, bahkan bisa dimulai dari rumah, mudah memanage-nya dan sebagai landasan awal utk bisa naik ke level berikutnya

Selasa, 27 Agustus 2013

Mengupas Bidadari Surga Menurut Ali-Shabuni

Mengupas Bidadari Surga Menurut Ali Al-Shabuni

Penciptaan Bidadari

Dalam masalah penciptaan bidadari, al-Sābūnī tidak membahasnya secara luas, dan juga tidak menyampaikan pemikirannya secara rinci, kecuali sedikit yang diambil dari riwayat Ibn Abbas dan hadīs Ummu Salāmah, sehingga penjelasan al-Sābūnī dalam hal ini, tidak bisa betul-betul menjawab bagaimana proses bidadari diciptakan. Oleh karenanya, dalam hal ini penulis akan membandingkan sedikit penafsiran al-Sābūnī tentang ayat yang terkait dengan penciptaan bidadari dengan pendapat Ibn Qayyim.

Hanya saja yang perlu digarsibawahi dari pendapat al-S{ābūnī mengenai penciptaan bidadari di surga adalah, bahwa al-S{ābūnī mengakomodasi pendapat yang menyatakan bahwa sebagian bidadari berasal dari wanita mukminat di dunia, bahkan dijadikan lebih cantik.[1]

Al-Sābūnī menjelaskan penciptaan bidadari ini ketika memberikan tafsīr atas Qs. Al-Wāqi’ah:35-38.[2] Al-S{ābūnī menyatakan bahwa maksud firman “innā ansya’nāhunna insyā’” adalah bahwa “Aku jadikan wanita-wanita surga itu sosok yang baru, yang pembuatannya sangat mengherankan.”[3] Sifat menta’ajubkan ini terjadi karena –sebagaimana telah dipaparkan di atas-proses penciptaan maupun jenis makhluk yang diciptakan bersifat “baru”, sehingga masih asing bagi makhluk yang berasal dari dunia.

Al-Sābūnī dengan mengutip Ibnu Jazi dalam kitabnya al-Tashil fi ‘Ulūm al-Tanzīl menyatakan bahwa makna insya’ al-nisa yaitu Allāh menciptakan mereka sebagai makhluk baru yang sangat cantik tidak seperti di dunianya. Di surga nanti, walau ketika di dunia telah menjadi seorang nenek-nenek, ia akan kembali menjadi muda, serta tidak memiliki cacat dalam rupanya, ia akan berubah menjadi gadis yang cantik mempesona.[4] Dengan mengutip Ibnu Abbas dari Tafsīr al-Khāzin, al-Sābūnī mempertegas pendapat tersebut dengan menyatakan bahwa nenek-nenek yang sudah lanjut usia, ompong dan kempot (tidak punya gigi lagi) akan dijadikan oleh Allāh kembali perawan sebagai makhluk yang sama sekali sudah lain.[5]

Demikian pula, perempuan yang di dunia sudah dijima’ oleh suaminya, oleh Allāh akan dijadikan perawan, hanya kembali mencintai suaminya, serta sangat menggairahkan, dan usianya sepadan dengan suaminya, yang rata-rata 33 tahun.[6] Nampak di sini bahwa al-Sābūnī meletakkan konsep bidadari yang berasal dari perempuan mukminat di dunia, sehingga dalam hal penciptaan bidadari ini, al-Sābūnī hanya membahas bidadari yang berasal dari wanita sālihat di dunia, tidak membahas bidadari yang khusus diciptakan di akhirat. Sehingga penafsiran al-Sābūnī pada ayat-ayat ini dan yang seperti ini, tidak bisa dikaitkan dengan penafsirannya yang memberikan makna hūr secara netral kelamin.

Terkait dengan ayat tersebut, al-Sābūnī juga mengutip hadīs terkenal yang berasal dari Ummu Salāmah, bahwa ketika Nabi ditanya mengenai bidadari surga, Nabi menjawab, “mereka adalah wanita-wanita dunia yang di saat kematiannya mereka dalam keadaan lanjut usia, kempot, ompong dan bungkuk, yang dijadikan Allāh kembali dalam usia yang sama.”[7]

Al-Sābūnī juga meriwayatkan hadīs yang menginformasikan tangisan seorang wanita tua, ketika Rasūlullāh menyatakan bahwa orang yang sudah tua tidak bisa masuk surga. Wanita tersebut memangis karena merasa peluangnya masuk surga tidak ada karena usianya yang sudah tua. Lalu nabi pun memberitahukan bahwa ia nanti akan masuk surga bukan dalam keadaan lanjut usia, karena Allāh telah berjanji bahwa para wanita akan dijadikan kembali perawan dan berusia muda.[8]

Jadi jelas bahwa penjelasan al-Sābūnī mengenai penciptaan bidadari hanya menyangkut bidadari yang berasal dari wanita sālihah dunia, tidak termasuk bidadari yang khusus dicipta di surga. Memang sejauh informasi al-Qur`ān, tidak terdapat ayat yang mengetengahkan atau mengisyaratkan tentang bagaimana bidadari surga diciptakan.

Berbeda dengan al-Sābūnī, Ibnu Qayyim menggali banyak riwayat mengenai penciptaan bidadari yang tidak berasal dari wanita dunia. Dengan mengumpulkan berbagai informasi ‘ulamā’ dan hadīs Nabi, Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa bidadari surga diciptakan dari za’faran, khususnya yang diperuntukkan bagi para wali Allāh, yang disediakan pengantin yang tidak pernah dilahirkan oleh Adam dan Hawwa’.[9] Sehinga karena bahan baku dari za’faran tersebut, maka bidadari surga memancarkan cahaya dan sinar gemerlap yang mempesona siapapun yang melihatnya. Sementara mereka semua telah bersiap menunggu suami-suaminya di pintu surga.[10] Demikian menurut Ibn Qayyim.

Tentu sampai di sini justru diketemukan kelebihan dari al-Sābūnī dalam memberikan tafsīran atas ayat-ayat Tuhan. Al-Sābūnī hanya menggunakan riwayat-riwayat yang jelas dan mutawātir, dan tidak mau menggunakan riwayat yang bersifat dugaan, cerita, mitos, tidak mutawātir, serta mengundang polemik. Nampak bahwa al-Sābūnī ingin membiarkan al-Qur`ān bercerita mengenai isi dirinya sendiri.

Perbedaan antara Pelayan Surga

dan Bidadari

Al-Qur`ān dalam Qs. Al-Rahmān secara jelas membedakan antara pelayan surga dengan bidadari. Bidadari bukanlah pelayan surga, namun ia merupakan makhluk khusus yang memiliki jenis pelayanan surgawi yang khusus pula.

Penyebutan pelayan-pelayan surga juga dibedakan secara tersendiri dengan bidadari surga. Dalam al-Qur`ān, terdapat dua ayat pokok mengenai pelayan surga, satu ayat disebutkan secara mandiri, tidak memiliki rangkaian ayat dengan penyebutan bidadari, dan satu ayat lainnya disebutkan dengan berangkaian dengan ayat-ayat tentang bidadari.

Istilah yang dipakai al-Qur`ān mengenai masalah pelayan surga adalah “wildānun mukhalladūn”. Wildānun berarti anak-anak muda. Berdasarkan akar katanya, mukhalladūn memiliki dua arti, namun tetap mempunyai muara makna yang sama. Pertama berasal dari kata al-khuld yang artinya baka atau abadi, kekal, tidak mati selama-lamanya.[11] Dan kedua dari kata al-khildah dengan jamak khilādun berarti orang yang mengenakan anting dan gelang. Ini merupakan simbol bagi pelayan-pelayan abadi. Dalam istilah Arab julukan (laqab) “mukhalladūn” dikenakan bagi orang yang lanjut usia tetapi tidak beruban, giginya terjaga, tidak rontok.[12] Jadi wildānun mukhalladūn diterjemahkan sebagai pelayan-pelayan muda yang tetap dalam kemudaannya.[13]

Ayat tentang pelayan surga yang berdiri sendiri adalah Qs. Al-Insan:19:

“Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.” (Qs. Al-Insan:19).

Sedangkan ayat yang berangkai dengan ayat-ayat tentang bidadari adalah Qs. Al-Wāqi’ah:17-18:

“Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir.” (Qs. Al-Wāqi’ah:17-18).

Terhadap ayat tersebut al-Sābūnī menafsirkannya “terhadap mereka selalu didampingi pelayan yang berkhidmat yang terdiri atas anak-anak muda di sekelilingnya, mereka tidak pernah mati dan tidak pernah berubah.”[14] Sifat utama para pelayan surga itu adalah: terdiri atas anak-anak muda, selalu berkhidmat terhadap penghuni surga, selalu siap memberikan pelayan sesuai keinginan penghuni surga (mengelilingi para penghuni surga), tidak berubah keadaan kemudaannya, belum pernah terjamah atau tersentuh oleh apa dan siapapun (maknūn), sangat rupawan, tidak mati,[15] selalu dalam pekerjaan pelayanan yang ditunjukkan dengan ayat bahwa mereka selalu berhiaskan gelas minuman, beserta cerek dan slokinya. Diberikannya pelayan-pelayan tersebut, menurut al-S{ābūnī memang dikhususkan bagi orang beriman dikarenakan perilaku al-abrārnya sewaktu di dunia.[16]

Sedangkan sifat para pelayan surga yang diibaratkan sebagai mutiara yang bertaburan mengisyaratkan bahwa para pelayan tersebut memiliki kebeningan kulit yang memukau dan kebagusan wajah yang mempesona. Mengutip al-Rāzī, al-Sābūnī menyatakan bahwa pernyataan itu mengandung tasybīh al-‘ajīb, dengan mutiara yang bertebaran itu, maka keindahan dan keistimewaan mutiara semakin nampak kian nyata.[17]

Penafsiran al-Sābūnī tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim, bahwa ada dua hikmah besar mengapa pelayan surga dibuat bertebaran di mana-mana: pertama, menunjukkan bahwa para pelayan surga tidak pernah menganggur. Mereka mondar-mandir di surga dalam rangka berkhidmah kepada penghuni surga dan memenuhi keperluan mereka. Kedua, bahwa mutiara yang disebar di atas permadani dari emas dan sutra itu lebih indah di mata daripada dikumpulkan di satu tempat.[18]

Al-Sābūnī dalam tafsīrnya tidak menyebutkan bagaimana para pelayan surga diciptakan. Sedangkan Ibnu Qayyim menginformasikan bahwa dalam masalah ini, terdapat dua pendapat: pertama, bahwa para pelayan surga diciptakan dari anak-anak muslim dunia yang meninggal dalam keadaan tidak memiliki kebaikan dan keburukan. Mereka menjadi pelayan surga karena di surga tidak ada proses kelahiran. Selain itu juga berasal dari anak-anak yang meninggal dunia di masa kecil. Pendapat kedua adalah, bahwa para pelayan surga diciptakan khusus di surga sebagaimana juga bidadari yang diciptakan khusus di surga. Inilah yang dipegangi oleh Ibnu Qayyim.[19]

Dari uraian tersebut jelas, bahwa al-Sābūnī membedakan antara bidadari dengan pelayan surga. Pelayan surga adalah terdiri atas anak-anak muda yang diciptakan di surga yang berfungsi bagi pelayan penghuni surga, termasuk melayani bidadari yang menjadi pasangan penghuni surga. Sementara bidadari adalah pasangan penghuni surga, dengan tugas menjadi tambahan kenikmatan bagi mereka. Kesamaannya dengan bidadari adalah bahwa mereka diciptakan khusus di surga, dan belum pernah tersentuh oleh apa dan siapapun.

Ciri-ciri Bidadari di Surga

Dalam menjelaskan sifat-sifat atau ciri-ciri bidadari di surga, al-Sābūnī dalam penafsirannya tidak melebihi apa-apa yang diinformasikan olah al-Qur`ān. Ia hanya bersifat lebih memperjelas mengenai sifat bidadari menurut al-Qur`ān. Secara terperinci, sifat-sifat bidadari menurut al-Sābūnī adalah sebagai berikut:

1. Sosok pasangan yang suci. Menurut al-Sābūnī, bidadari di surga disucikan dari kotoran hissiyah maupun maknawiyah. Dalam hal ini, al-Sābūnī juga mengutip ‘ulamā’ lain yang menyebutkan bahwa bidadari disucikan dari kotoran haid, nifas, buang air maupun dahak. Namun al-Sābūnī menyambungnya dengan pernyataan bahwa wanita dunia mukminah di hari akhir lebih cantik dibanding bidadari.[20] Sehingga yang dimaksud suci dari haid, nifas dan kotoran kewanitaan lain adalah bidadari yang berasal dari wanita mukminah dunia. Secara tidak langsung, al-Sābūnī menekankan bahwa ada dua jenis bidadari di surga, yaitu: bidadari yang berasal dari dunia, yang menjadi pasangan suaminya dari dunia juga, jika sama-sama beriman; dan bidadari dan bidadara yang khusus diciptakan di surga. 2. Diciptakan abadi. Keabadian menjadi ciri yang menyatu bagi bidadari, sebagaimana keabadian alam akhirat. Menurut al-Sābūnī, keabadian inilah yang menjadi salah satu kunci kebahagiaan yang sempurna. Karena penghuni surga bersama pasangannya berada dalam tempat yang aman dan bersanding hidup dengan pasangan-pasangannya dalam buaian keabadian yang tiada pernah putus.[21] Dengan begitu keabadian akhirat menurut al-S{ābūnī, karena tiada putus, merupakan keabadian yang mutlak, tanpa batas waktu lagi, atau tiada dimensi ruang dan waktu yang membatasinya lagi. 3. Dipingit di dalam kemah mutiara. Al-Sābūnī berpendapat, bahwa maksud dari maqsūrāt fī al-khiyām, adalah bahwa bidadari di surga hanya berjalan-jalan keliling di sekitar kemah, bahkan lebih banyak berdiam di dalamnya, tidak keluar karena kehormatan dan kemuliaannya, dalam kemah yang terbuat dari mutiara yang memang disediakan untuk mereka. Mereka membatasi diri hanya dalam ruangan yang terbuat dari mutiara itu.[22] 4. Memiliki adab atau akhlak mulia. Bidadari di surga menurut al-Sābūnī, merupakan wanita-wanita sālihah yang memiliki akhlak yang sangat mulia di samping rupanya yang sangat cantik.[23] Jadi makna khairātun hisān, memiliki dua dimenasi; wajah yang jelita dan akhlak yang mulia. 5. Hanya untuk pasangannya sendiri saja. Bidadari di surga, menurut al-Sābūnī, memiliki sifat hanya membatasi pandangan matanya kepada pasangannya saja, dan tidak memandang yang lain, seperti keadaan wanita-wanita pencinta dan penyayang.[24] Jadi kekhususan pasangan menjadi ciri utama bagi bidadari surga. 6. Belum pernah tersentuh, terjamah, dan tersenggamai oleh siapapun. Salah satu sifat utama bidadari menurut al-Sābūnī adalah keperawanannya yang sejati. Belum pernah ada seseorangpun yang pernah manjamah dan menyenggamainya kecuali pasangannya di surga itu, baik dari manusia maupun jin. Mereka betul-betul perawan yang sejati (ting-ting).[25] Hanya saja nampaknya sifat ini dikenakan pada bidadari yang dicipta khusus di surga, menilik pernyataan bahwa belum pernah tersentuh oleh makhluk. Jika wanita mukminah di dunia, pasti sudah mengalami persentuhan dengan pasangannya di dunia, walaupun di akhirat dijadikan perawan sejati kembali. Namun kalimat al-S{ābūnī jelas menunjukkan kebelum-pernah disentuhnya bidadari itu sebelum di surga. Mengutip pendapat dari kitab al-Tashil, al-Sābūnī mengemukakan bahwa penyebutan kalimat lam yatmishunna insun walā jānn sebanyak dua kali dalam Qs. Al-Rahmān ini, pertama ditujukan bagi kelompok al-sābiqūn, dan yang kedua bagi kelompok ashāb al-yamīn. Jadi penggambaran sifat-sifat surga untuk masing-masing kelompok orang beriman memiliki perbedaan dan kekhususan sendiri-sendiri, surga bagi kelompok pertama lebih tinggi dibanding bagi kelompok yang berikutnya.[26] Sehingga menurut al-Sābūnī, tingkatan bidadari yang diberikan pun berbeda untuk masing-masing kelompok orang beriman. 7. Menyerupai mutiara yang paling mulia. Bahwa bidadari di surga, menurut al-Sābūnī menyerupai yāqūt dan marjān dalam kebeningan dan kemerah-merahannya (bersih dan sangat mulus) sampai-sampai tembus pandang.[27] Mengutip Qatadah, al-Sābūnī mengemukakan bahwa dalam bersih dan beningnya menyerupai yāqūt, sedang kemerah-merah-jambuannya (kecantikan yang tiada tara) menyerupai marjān. Segala sesuatu yang dimasukkan dalam yāqūt , pasti akan dapat dilihat dari semua sisi.[28] 8. Berada di tempat yang tinggi. Menurut al-Sābūnī, bidadari di surga berada di atas dipan atau ranjang yang tinggi, empuk, dan nyaman. Hal ini didasarkan pada hadīs riwayat Hakim yang menyatakan bahwa tingginya dipan itu seperti tingginya langit dengan bumi yang untuk mencapainya membutuhkan waktu selama limaratus tahun.[29] Namun bukan berati bahwa untuk mencapainya sulit. Mengutip al-Alūsi, al-Sābūnī menyatakan bahwa jika seseorang ingin naik turun dipan, maka dengan sendirinya dipan tersebut akan menyesuaikan diri. Jika seorang mukmin ingin naik, maka dipan tersebut akan turun, kemudian setelah orang tersebut naik, maka dipan itu akan mengangkatnya.[30] 9. Diciptakan sebagai makhluk yang sama sekali baru. Bidadari merupakan makhluk yang diciptakan khusus di surga, yakni berupa makhluk yang sama sekali baru dalam penciptaan, lagipula bersifat unik. Sehingga ia menjadi makhluk yang mampu mendatangkan keta’juban luar biasa. Keelokan dan keanehan penciptaan itu terjadi, karena memang berbeda sama sekali dengan segakla jenis ciptaan di dunia.[31] 10. Selalu dalam keadaan perawan. Sifat abkāra, oleh al-Sābūnī diberi makna tafsīr sebagai perawan ting-ting sepanjang masa. Setiap kali pasangannya mendatanginya, setelahnya langsung kembali perawan lagi.[32] 11. Memiliki kecintaan dan kerinduan menggebu kepada pasangannya. Para bidadari di surga memiliki semangat kecintaan serta kerinduan yang menggebu-gebu. Mengutip Mujahid, al-Sābūnī mengatakan bahwa salah satu sifat bidadari adalah agresif terhadap pasangannya, dalam hal bermain cinta.[33] 12. Berusia rata-rata muda. Menurut al-Sābūnī, bidadari di surga memiliki usia yang rata-rata muda, dan sama dengan pasangannya, yaitu berusia 33 tahun,[34] sebuah usia puncak kedewasaan dan usia yang sangat agresif dalam hal percintaan. 13. Kecantikannya dan kesuciannya tidak ada yang menyamai. Bahwa bidadari di surga memiliki kecantikan dan keelokan tiada tara, kebeningan yang sangat, demikian pula seperti mutiara yang tersimpan, kesuciannya yang belum pernah tersentuh.[35] al-Sābūnī mengutip hadīs Ummu Salāmah yang menggambarkan bahwa kejernihan hūrun ‘īn ibarat mutiara yang tersimpan di tengah lautan yang belum pernah tersentuh oleh tangan.[36] 14. Memiliki fisik yang sempurna. Bidadari di surga memiliki bentuk fisik yang paling sempurna, yang ditunjukkan dengan gairah yang tinggi dari keperawanannya, serta bentuk payudara yang menyembul keluar. al-Sābūnī memperkuat tafsīrnya ini dengan mengutip al-Tashil, bahwa kata al-kawā’ib merupakan bentuk jamak dari ka’ib yang memiliki arti dasar gadis perawan yang menonjol (keluar tegak) bentuk payudaranya.[37] 15. Usianya sama dengan suaminya. Sebagaimana dijelaskan pada poin sebelumnya (poin l) bahwa usia bidadari di surga setara dengan pasangannya. Tidak lebih dan tidak kurang.[38] 16. Selalu bersenang-senang dengan sumianya. Dijelaskan oleh al-Sābūnī bahwa orang-orang beriman akan masuk ke surga bersama pasangan-pasangan wanitanya (isterinya) yang beriman. Kemudian di dalam surga mereka berni’mat-ni’mat, bersenang-senang (istisrār), sehingga kebahagiaan itu memancar dari wajah-wajah mereka.[39] Sifat ini –sebagaimana diberikan tafsīrnya oleh al-Sābūnī –mengarah pada dua hal; bahwa bidadari dalam ayat ini adalah bidadari yang berasal dari wanita mukmin di dunia, yang bersama suaminya yang beriman bersama-sama masuk surga. Dan di dalam surga, mereka bersenang-senang sebagai suami isteri, di mana kata tuhbarūn, bermakna istimtā’ (hubungan badan). 17. Keanggunan yang sempurna. Bidadari di surga, baik yang dari wanita mukminah di dunia, maupun yang khusus diciptakan di surga, semuanya memiliki keanggunan yang tiada tara, (sehingga digelari hūrun ‘īn), sebagai deskripsi puncak tentang sosok yang rupawan dan dipenuhi segala kesempurnaan, demi memenuhi kebahagiaan para penghuni surga.[40] Kembali lagi di sini ditekankan oleh al-Sābūnī, bahwa julukan hūrun ‘īn adalah bersifat netral kelamin.

Bidadari dan Amal Perbuatan

Manusia

Dalam al-Qur`ān tidak semua informasi yang menyangkut surga selalu disertai dengan adanya bidadari di dalamnya. Informasi tentang surga yang disertai informasi adanya bidadari di dalamnya hanyalah menyangkut pada beberapa tempat, yang sekaligus mencantumkan informasi jenis sifat dan amal s}ālih tertentu dari orang beriman.

Sebelum membahas pendapat al-Sābūnī tentang hubungan bidadari dan amal perbuatan manusia, ada baiknya jika penulis kemukakan gambaran umum mengenai surga dari dalam al-Qur`ān. Dalam al-Qur`ān, jumlah ayat yang berkaitan dengan surga berjumlah 174, adapun yang berkaitan dengan kata dasar jannah berjumlah 159.

Istilah surga sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta suwarga yang bermakna tempat kebahagiaan puncak.[41] Sedang istilah tersebut digunakan oleh umat Islām untuk menerjemahkan kata jannah dalam bahasa Arab, yang arti harfiahnya adalah kebun, atau taman yang penuh keindahan,[42] sebagai tempat bagi orang-orang yang menemukan kebahagiaan kekal di akhirat.

Dalam Qs. Ali Imran3;15 Allāh melukiskan, bahwa surga terdiri dari sungai-sungai yang indah, kekal, bagi penghuninya tersediakan pasangan hidup (suami atau isteri) yang disucikan dan diridhai Allāh. Sifat keindahannya melebihi segala kenikmatan yang ada di dunia, walaupun itu mencakup keindahan hiasan wanita, anak-anak, harta dari emas maupun perak, kendaraan pilihan, binatang ternak maupun segala hewan piaraan serta sawah dan ladang.

Sehingga diingatkan bahwa surga itulah yang merupakan tempat kembali manusia yang terbaik. Bagi penghuninya disediakan mata air banyak yang mengalir serta menyejukkan penghuninya, dan setiap memasuki pintu-pintunya selalu disambut dengan ucapan “masuklah ke dalamnya dengan sejahtera dari semua kesalahan lagi aman dari kematian serta dari hilangnya keni’matan,” dilenyapkan segala dendam maupun perasaan buruk, selalu merasa bersaudara dengan saling mencintai dan saling memuliakan, tidak ada lagi kelelahan, dan kebahagiannya bersifat abadi karena memang surga berwatak suci dan bahagia selamanya.[43]

Mereka semua mengenakan perhiasan dari gelang-gelang emas serta mutiara, di samping mengenakan sutra, dikarenakan dahulu di dunia mereka mematuhinya untuk tidak bermegah-megahan. Dan ini adalah sebagai penghargaan atas iman dan amal sālih} mereka (Qs. Al-Hajj 22;23).

Rumah-rumah mereka berupa edung-gedung bertingkat yang di bawahnya banyak mengalir sungai yang beraneka warna (Qs.Al-Zumar39;20). Sungai-sungai tersebut tidak pernah mengalami perubahan baik rasa dan baunya. Jenisnya sangat variatif, ada sungai-sungai air susu, sungai arak yang lezat dan tidak beralkohol, sungai-sungai madu yang disaring, dan juga disediakan segala kebutuhan dan keinginan akan buah-buahan sebagaimana pula disediakan segala ampunan (Qs. Muhammad 27;15).

Adapun penghuni surga adalah orang yang beriman dan beramal sālih}, yang tidak pernah tersentuh oleh neraka,[44] yang disebut sebagai kelompok al-su’adā’, orang-orang yang menemukan kebahagiaan (Qs. Hud11:108), yang berbahagia karena kebajikan-kebajikannya.[45]

Para penghuni surga itu disucikan dari segala dosa, segala keinginan terpenuhi, dimuliakan dengan segala kenikmatan, masing-masing orang memiliki tahta beserta hiasannya, dengan pelayanan minum-minuman yang sedap rasanya sesuai keinginan surgawi dalam piala-piala yang indah yang dibawakan oleh para bidadari yang “jinak” (Qs. Al-Sāffāt37; 40-49, 60-62). Di sinilah kaum mukmin memperoleh segala yang dikehendakinya (Qs. Qaaf50;35). Orang-orang beriman ini akan berkumpul kembali dengan keluargannya atau yang dikasihinnya di dunia dulu, jika memang sama-sama beriman, dan masing-masing tak ada yang pahalanya berkurang (walaupun mungkin di dunia dulunya sebagian amal dan do’anya, pahala diperuntukkan bagi keluarganya yang lain –Qs. Al-Tūr52;21). Dan tentu saja kebahagiaan tertinggi adalah diberikannya mereka wajah yang berseri-seri dan dengan wajah itulah mereka “melihat Tuhan” [ru’yah] (Qs. Al-Qiyamah75;22-23).

Surga diciptakan oleh Allāh tidak hanya satu jenis. Sejauh pernyataan harfiyah al-Qur`ān, surga berjumlah empat. Empat surga itu pun oleh Allāh diklasifikasikan dalam dua gambaran. Pertama, surga yang terdiri dari pohon-pohonan serta buah-buahan, memiliki dua mata air, segala buah dan makanan yang diinginkan berdatangan sendiri, penghuninya duduk dalam permadani sutra di bawah rerimbunan pepohonan dengan didampingi oleh bidadari yang belum/tidak pernah tersentuh, seperti permata yakut dan marjān. Di sinilah segala bentuk kebaikan dibalas (Qs. Al-Rahmān55;46-63).[46]

Kedua, surga berwarna hijau yang memiliki dua mata air yang memancar, penuh dengan buah-buahan terutama kurma dan delima, juga dihiasi dengan bidadari yang baik dan cantik jelita yang dipingit dalam ruang-ruang khusus, serta belum pernah tersentuh, dengan kesucian abadi, mereka bercengkerama dan duduk-duduk dalam tahta hijau berpermadani indah. Semua ini tidak lain adalah menunjukkan keagungan Allāh (Qs. Al-Rahmān55; 64-78). Nampaknya surga kedua inilah yang lebih realistis, dan inilah surganya para Nabi, syuhadā’, shiddīqin, dan sālihīn. Di bawah yang berwarna hijau, masih ada yang berwarna kuning, merah, putih dan hitam sesuai dengan derajat penghuninya.[47]

Surga tersebut hanyalah disediakan bagi orang yang bertaqwa, dan mereka senantiasa selalu berusaha dan berdoa. Dalam Qs. Ali Imran3;15-17 dicantumkan sebagian ahli-ahli surga yakni yang melakukan;

1. Berdo’a rabbanā innanā āmannā fagfirlanā żunūbanā waqinā ‘ażāb al-nār, 2. Shabar, 3. Qānitāt [ketaatan yang tidak pernah luntur], 4. Menafkahkan hartanya dijalan Allāh, 5. Selalu meminta ampun di waktu sahur (sebelum fajar mendekati subuh).

Jadi surga merupakan alat tukar yang diberikan Allāh hanya kepada orang-orang yang memberikan jiwa dan hartanya demi jihad Islām,[48] bertaubat, beribadat, selalu memuji Allāh, melawat untuk mencari ilmu dan berjihad serta berpuasa, selalu ruku’ dan sujud, mengerjakan ‘amar ma’rūf nahi munkar secara aktif serta selalu memelihara hukum-hukum Allāh (Qs. Al-Taubah9;111-112). Mereka itulah yang disebut sebagai golongan kanan yang paling dulu beriman (Qs. Al-Wāqi’ah56;8-10), yang sebagian besarnya adalah ummat terdahulu sebelum Rasūlullāh, dan sebagian kecil adalah umat Rasūlullāh Muhammad (ayat 13-14).

Bagi mereka akan diberi pahala; (1) tahta dari emas, (2) selalu akrab antara satu dengan yang lain, (3) selalu muda, (4) disediakan segala macam minuman yang tidak memabukkan dan tidak membosankan, (5) tersedia segala aneka buah-buahan yang tiada henti, (6) daging-daging segala hewan, (7) bidadari yang seperti mutiara tersimpan, (8) tidak ada perkataan buruk sama sekali kecuali ucapan salām dan dikelilingi pohon-pohon bidara tanpa duri serta pisang-pisang yang indah dan lebat, (9) diberi naungan yang luas dan indah, (10) air yang senantiasa tercurah, (11) kasur-kasur tebal dengan bidadari yang tetap perawan, sebaya serta penuh cinta dan kasih-sayang.

Allāh juga membuat tamsilan surga itu sebagai tempat bagi orang yang bertaqwa yang sungai-sungainya mengalir terus menerus, buah-buahannya tumbuh tanpa henti, dan kerindangannya menaungi dengan teduh (Qs. Al-Ra’d13:35). Sedangkan sungai-sungai itu tidak pernah rusak, sungai susunya tidak pernah berubah cita rasanya, sungai-sungai minuman yang lezat, sungai madu yang murni-bersih, segala macam, buah-buahan, dan disertai dengan penuhnya ampunan Allāh. Dan ini berkebalikan dengan kondisi neraka yang disiapkan konsumsinya dengan air yang mendidih dan api menggelegak (Qs. Muhammad 47:15).

Dari uraian di atas, nampak jelas bahwa janji surga yang diiringi dengan janji adanya bidadari di surga hanya menyangkut amal-amal tertentu, walaupun secara umum disebutkan bahwa hal itu teruntuk bagi orang beriman dan beramal sālih}.

al-S{ābūnī menyebutkan bahwa kabar gembira dengan surga yang teriring dengan janji pasangan bidadari diperuntukkan bagi orang beriman yang bertaqwa, menegakkan keimanan dan ketaqwaannya dengan perilaku sehari-hari,[49] dan di dunia termasuk orang yang muhsinun, yang merupakan hasil terkumpulnya watak keimanan dan amal sālih},[50] mengutamakan kebajikan dalam segala segi (al-abrār) dan mengataskan keataatan kepada Allāh,[51] yang dengan al-abrār serta al-‘amal al-sālih} itulah di akhirat wajah mereka akan diputihkan oleh Allāh.[52]

Keimanan mereka adalah suatu sikap pembenaran total atas ayat-ayat Allāh, yang dengan itu ia benar-benar berserah diri atas hukum-hukum Allāh serta semua perintah-Nya, dan berislām atas-Nya dengan menekadkan dalam hatinya untuk selalu mentaati-Nya.[53]

Bagi mereka, menurut al-Sābūnī, selain mendapatkan balasan berkumpul dengan keluarga, yakni isteri/suami (syarikahum) dan anak-anaknya, juga mendapatkan balasan bidadari sebagai pasangan dan pendampingntya.[54] Jadi, di sini secara jelas, al-Sābūnī membedakan antara isteri/suami bagi ahli surga dengan bidadari. Ini berarti al-Sābūnī memegang pendapat yang menyatakan bahwa bidadari khusus diciptakan di surga.

Karakter lain yang disebut al-Sābūnī, bagi hamba yang mendapatkan nikmat tambahan bidadari adalah seorang hamba yang di saat berdiri menyembah Tuhannya selalu merasa takut karena ia menghisab dirinya atas amalnya sendiri.[55] Sifat khāfa ini tentunya adalah sebagai efek ketaqwaan yang mendalam dalam diri seorang mukmin, yang disebut sebagai selalu berhati-hati dalam menjaga dan mensucikan kerimanannya,[56] sehingga keadaannya mendatangkan kekaguman dari Allāh dan penghuni langit.[57]

Dari hisabnya itulah, kemudian seorang beriman selalu berbuat kebajikan dengan penuh keikhlasan. al-Sābūnī juga menyatakan bahwa hamba yang mendapat karunia surga beserta bidadarinya adalah orang beriman yang dalam beribadahnya dihiasi dengan keikhlasan meng-Esakan Allāh (ikhlas tauhīd). Sehingga bukan karena dorongan takut akan ‘ażāb. Ia tidak pernah kendor dalam hisab pribadinya, tidak pernah bertambah kejelekannya, justru amal kebaikannya yang selalu meningkat.[58]

al-Sābūnī juga menyebutkan karakter; seseorang yang selalu menjadi pelopor atas kebaikan (al-khairāt) dan keadaban (al-hasanāt), baik dari kalangan umat era Nabi maupun dalam masa akhir, selalu mendekatkan diri kepada Allāh, di dalam kesendirian dunia, dalam naungan ‘arsy, dan di tempat ibadah yang dimuliakan,[59] atau tegasnya orang yang dalam ketaqwaannya berada dalam kepengikutan pola Rasūlullāh.[60] Merekalah penghuni tetap surga selamanya.[61] Sebab memang surga disediakan oleh Allāh bagi pemilik sifat di atas –disertai dengan jihad dan bertaubat- yang nikmat-nikmatnya tidak akan berakhir, kebahagiaan penduduknya tidak pernah surut dan segala apa yang diterima mereka tidak bisa dikira-kirakan, apalagi dihitung.[62] Sehingga penggambarannya hanya dapat dilakukan dengan simbol-simbol yang gampang dimengerti manusia.

Jadi terhadap pertanyaan, apakah semua orang beriman yang masuk surga pasti mendapatkan balasan bidadari? Maka dalam hal ini memang dalam tafsīr Safwah -nya, al-Sābūnī tidak pernah menyatakan secara tegas, namun melihat klasifikasi yang disebutkan di atas, nampaknya, jawabannya tidak semua yang masuk surga pasti mendapatkan bidadari. Hanya yang memiliki karakter amal sālihdi atas yang mendapatkan kelengkapan bidadari, sehingga inilah jawaban atas pertanyaan mengapa pahala bidadari disebut sebagai nikmat tambahan.

Klasifikasi tersebut juga mengisyaratkan bahwa yang terpenting bukanlah mendapatkan bidadarinya, akan tetapi jenis amal perbuatan yang menyebabkan seseorang mendapatkan kesempurnaan balasan dengan simbol bidadari itulah yang menjadi tujuan simbol tersebut.

Simbolitas ini semakin nampak, jika ditilik dari segi sastra. al-Sābūnī mengungkapkan bahwa balasan Allāh berupa bidadari yang elok dan belum pernah tersentuh, jelas merupakan bentuk penggambaran yang tidak menyebutkan sisi penggambarannya, oleh karena kata bantu penggambarannya tidak disebutkan pula maka dalam disiplin ilmu sastra arab disebut tasybīh-mursal-mujmal.[63]

Dengan simbolitas-simbolitas itulah, kesenangan manusia yang terpendam dalam dirinya diusik agar berubah menjadi motivasi positif bagi kehidupan keagamaannya. Maka pertanyaan Allāh yang diulang-ulang dalam Qs. Al-Rahmān menjadi sangat relevan, “ni’mat Tuhan yang mana yang bisa kamu dustakan?”. Menurut al-Sābūnī, pertanyaan ini mengandung teguran keras dan celaan,[64] karena tidak ada nikmat yang bisa didustakan, namun dalam prakteknya manusia banyak yang tidak mengaplikasikan. Jadi ruh ayat-ayat simbol tersebut bukan pada bentuk simbolnya, akan tetapi ruhnya adalah kata “ni’mat” sebagai balasan amal kebajikan di surga.[65]

[1] M. Ali al-Sabuni, Safwah al-Tafāsīr, jl. I, hlm. 36.

[2] Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Qs. Al-Wāqi’ah 35-38).

[3] Safwah al-Tafāsīr , jl. III, hlm. 291.

[4] Ibid., hlm. 291.

[5] Ibid.

[6] Ibid.

[7] Ibid. Bandingkan dengan Tafsīr al- Qurtubī jl. 17, hlm. 210.

[8] Safwah al-Tafāsīr , jl. III, hlm. 291-292.

[9] Ibn Qayyim al-Jauziyyah. Tamasya ke Surga, Terj. Fadhli Bahri, Lc, (Jakarta: Darul Falah, cetakan ketujuh, 1424). hlm. 339-340.

[10] Ibid., hlm. 343-345.

[11] Firuzabadī, Op. Cit., hlm. 376.

[12] Ibnu Qayyim, Op. Cit. hlm. 308.

[13] Mushţafa Bisyri, al-Ubairiz fī Tafsīr Garāib al-Qur’ān al-‘Azīz, Pustaka Progresif, Surabaya, 2000. hlm. 313.

[14] M. Ali al-Sabuni, Op, Cit, jl. III, hlm. 289.

[15] Bandingkan dengan Ibid., hlm. 470.

[16] Ibid.

[17] Ibid.

[18] Ibnu Qayyim, Op. Cit., hlm. 309.

[19] Ibid., hlm. 310-311.

[20] M. Ali al-Sabuni, Op, Cit, jl. I, h.36.

[21] Ibid., hlm.36.

[22] Ibid., jl. III, hlm. 283.

[23] Ibid.

[24] Ibid., hlm. 282.

[25] Ibid.

[26] Ibid., hlm. 283-284.

[27] Ibid.

[28] Ibid.

[29] Ibid., hlm. 291.

[30] Ibid.

[31] Ibid.

[32] Ibid.

[33] Ibid.

[34] Ibid.

[35] Ibid., hlm. 290.

[36] Ibid.

[37] Ibid., hlm. 485.

[38] Ibid., hlm. 291.

[39] Ibid., hlm. 153.

[40] Ibid., hlm. 246.

[41] Muhammad Sholikhin. Berwisata ke Alam Akhirat, (Semarang: Risalah Pengajian Paguyuban ‘Arafah), 2001, hlm. 152.

[42] al-Marbawī, Qāmus Idrīs al-Marbawī ‘Arabī-Malayū, Dār Ihyā’al-Kutub al-‘Arabiyyah Indūnisia, t.t. hlm. 110.

[43] Qs. Al-Hijr15;43-48; lihat Muhammad ‘Alī al-Sābūnī. Safwah al-Tafāsīr Tafsīr al-Qur`ān al-‘Adzim, (Jakarta: Dār al-Kutub al-Islāmiyah, 1999/1420), jl. II, h.112.

[44] Ibid., jl. I, hlm. 63.

[45] Ibid., jl. II, hlm. 35.

[46] Muhammad Sholikhin, Op. Cit., hlm. 154-155.

[47] Ibid.

[48] M. Ali al-Sabuni, Op, Cit, jl. I, hlm. 525-526.

[49] Ibid., jl. III, hlm. 165.; lihat juga jl. I, 172.

[50] Ibid., hlm. 36.

[51] Ibid., jl. III, hlm. 485.

[52] Ibid., jl. I, hlm. 202.

[53] Ibid., jl. III, hlm. 153.

[54] Ibid., hlm. 246.

[55] Ibid., hlm. 281.

[56] Ibid., hlm. 288.

[57] Ibid., juga hlm. 290.

[58] Ibid., hlm. 29.

[59] Ibid., hlm. 289.

[60] Ibid., hlm. 56.

[61] Ibid., jl. I, hlm. 232.

[62] Ibid., jl. I, hlm. 525; juga lihat Sayid Sabiq, al-‘Aqā’id al-Islāmiyah, Dār al-Fikr, Beirut, 1992, hlm. 302.

[63] Ibid., jl. III, hlm. 298; juga Ali al-Jarimi dan Mushtafa Amin, al- Balagah al-Wadihah, hlm. 25.

[64] Ibid., jl. III, h.288.

[65] lihat misalnya Ibid., h.31 dan 282. Nampak bahwa pensifatan atas bidadari sebenarnya bukan mengacu kepada bidadarinya itu sendiri, tetapi justru ditujukan kepada ni’mat yang diterima oleh penghuni surga.

———-

Disarikan dari Skripsi berjudul Bidadari Surga Menurut Ali Al-Shabuni karangan Ali Murtadzo.

.
.copas....

Isteri dunia dan Bidadari surga

Assalamu’alaykum wr. wb.

Saya seorang suami yang baru berumah tangga selama dua tahun, sudah hampir satu tahun ini saya ditinggal wafat oleh istri tercinta yang sedang hamil delapan bulan anak pertama yang sangat kami harapkan.

Pertanyaan saya, apakah ada doa khusus yang dicontohkan oleh Rasulullah saw untuk mendoakan wafat seorang istri yang sedang hamil supaya di akhirat nanti saya dapat bertemu dan berkumpul kembali bersama mereka? syukron jazakumullah.

Wassalamu’alaykum wr. wb.

Wa’alaikumussalam wr. wb.

Doa untuk orang yang sudah meninggal adalah sebagai berikut:

ُ، ﻋَﻨْﻪ ُ وَاﻋْﻒ ِ وَﻋﺎﻓِﻪ ُ، وَارْﺣَﻤْﻪ ُ ﻟَﻪ ْ اﻏْﻔِﺮ َّ اﻟﻠﱠﻬُﻢ ” واﻟﺜﱠﻠْﺞِ ِ ﺑﺎﻟﻤَﺎء ُ وَاﻏْﺴِﻠْﻪ ُ، ﻣُﺪْﺧَﻠَﻪ ْ وَوَﺳﱢﻊ ُ، ﻧُﺰُﻟَﻪ ْ وأﻛْﺮِم اﻟﺜﱠﻮْبَ َ ﻧَﻘﱠﻴْﺖ ﻛﻤﺎ اﻟﺨَﻄﺎﻳﺎ َ ﻣﻦ ِ وﻧَﻘﱢﻪ ِ، وَاﻟﺒَﺮَد

ِ، دَارِه ْ ﻣِﻦ ً ﺧَﻴْﺮا ً دَارا ُ وأﺑْﺪِﻟْﻪ ِ، اﻟﺪﱠﻧَﺲ َ ﻣِﻦ َ اﻷﺑْﻴَﺾ

ِ، زَوْﺟِﻪ ْ ﻣِﻦ ً ﺧَﻴْﺮا ً وَزَوْﺟﺎ ِ، أﻫْﻠِﻪ ْ ﻣِﻦ ً ﺧَﻴْﺮا ً وَأﻫْﻼ ﻣِﻦْ أو ِ اﻟﻘَﺒْﺮ ِ ﻋَﺬَاب ْ ﻣِﻦ ُ وأﻋِﺬْه َ، اﻟﺠَﻨﱠﺔ ُ وأدْﺧِﻠْﻪ

ِ “ اﻟﻨﱠﺎر ِ ﻋَﺬَاب

Didalam riwayat muslim lainnya disebutkan ” اﻟﻨﱠﺎرِ َ وَﻋَﺬَاب ِ اﻟﻘَﺒْﺮ َ ﻓﺘْﻨَﺔ ِ وَﻗِﻪ ”

Dan apabila anda ingin menambah doa-doa lainnya yang secara khusus ditujukan untuk istri anda maka diperbolehkan bagi anda dengan menggunakan bahasa Indonesia dan berdoa sekehendak anda untuk kebaikannya di akhirat serta kebaikan anda dan keluarga yang ditinggalkannya.

Dalam hal berdoa dengan menggunakan bahasa selain arab ini maka Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa berdoa diperbolehkan dengan menggunakan bahasa arab dan selain bahasa arab. Dan Allah swt mengetahui maksud dari orang yang berdoa dan keinginannya walaupun orang yang bersangkutan kurang baik didalam menyebutkannya. Dan Allah swt mengetahui kegaduhan suara-suara yang berdoa dengan berbagai bahasa untuk berbagai macam keperluan.” (Majmu’ al Fatawa juz XXII hal 488 – 489)

Bagaimana Keadaan Seorang Istri di Surga

Adapun jika seorang wanita meninggal sebelum dia sempat menikah dengan seorang laki-laki maka Allah lah yang menikahkannya kelak di surga dengan seorang lelaki dunia, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Tidaklah ada di surga seorang bujang.” (HR. Muslim). Syeikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa jika seorang wanita belum menikah di dunia maka Allah swt yang menikahkannya dengan seseorang yang menyedapkan pandangan matanya di surga. Kenikmatan di surga tidaklah terbatas untuk kaum laki-laki akan tetapi untuk kaum laki-laki dan wanita dan diantara kenikmatan itu adalah pernikahan. Demikian halnya dengan seorang wanita yang meninggal dalam keadaan sudah dicerai.

Demikian pula terhadap seorang wanita yang suaminya tidak masuk surga, Syeikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa seorang wanita yang masuk surga dan belum menikah atau suaminya tidak termasuk kedalam ahli surga maka jika wanita itu masuk surga dan di surga terdapat lelaki dunia yang belum menikah maka seorang dari merekalah yang menikahinya.

Adapun seorang wanita yang meninggal setelah menikah dan dia termasuk ahli surga maka di surga dia akan bersama suaminya yang menikahinya saat meninggalnya.

Adapun seorang wanita yang ditinggal suaminya terlebih dahulu kemudian ia tidak menikah lagi setelahnya hingga dia meninggal dunia maka wanita itu akan menjadi istrinya di surga.

Adapun seorang wanita yang ditinggal suaminya terlebih dahulu kemudian ia menikah lagi setelah itu maka wanita itu menjadi istri bagi suaminya yang terakhir walaupun wanita itu pernah menikah dengan beberapa laki-laki, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Seorang istri untuk suaminya yang terakhir.” (Silsilatu al Ahadits ash Shahihah Lil Albani) dan perkataan Hudzaifah kepada istrinya,”Jika engkau mau menjadi istriku di surga maka janganlah engkau menikah sepeninggalku. Sesungguhnya seorang istri di surga adalah untuk suaminya yang terakhir di dunia. Karena itu Allah swt mengharamkan istri-istri Nabi untuk menikah sepeninggal beliau saw karena mereka adalah istri-istrinya saw di surga.”

Wallahu A’lam

-Ustadz Sigit Pranowo Lc-

.
.
.copas....

Seperti apa bidadari surga?

Bidadari Surga adalah makhluk surga yang diciptakan Allah dari tetesan air hujan dari awan yang ada di atas Arsy. Dalam suatu riwayat hadits dijelaskan :

Bahwasanya segumpal awan menurunkan hujan dari bawah ‘Arasy. Maka dari tetesan-tetesan hujan para bidadari diciptakan, Kemudian masing-masing ditempatkan dalam sebuah kemah ditepi sungai, luasnya 40 mil. Kemah itu tidak berpintu sehingga ketika seorang wali Allah datang ke kemah itu, ternyata kemah itu tidak punya satu pun pintu. Dengan demikian, mereka dia tahu bahawa mata makhluk apapun yang melihat mereka, baik itu malaikat maupun pelayan surga tidak sampai mempengaruhi mereka. Bidadari-Bidadari itu memang perempuan yang dibatasi (maqshuuraat) yakni dibatasi pandangan mata mereka dari segala makhluk, selain suami mereka. (Al-Hadist).

Sesungguhnya Allah Swt menciptakan wujud bidadari itu dari empat warna : putih, hijau, kuning dan merah. Allah menciptakan tubuhnya dari za’faran, misik, anbar, dan kafur. Rambutnya dari sutra. Mulai dari jari-jari kakinya sampai kelututnya dari zafaran yang semerbak mewangi. Mulai dari kedua lututnya sampai kedua payudaranya dari anbar. Mulai dari lehernya sampai kekepalanya dari kafur. Jika salah satu dari mereka meludah sekali dibumi, maka (maka semua sumur dan lautan dipermukaan bumi ini) menjadi misik. Didadanya tertulis nama suaminya dan nama Allah dari beberapa Asma’ul Husna. Setiap tangan mereka terdapat gambar pada jari-jarinya terdapat sepuluh cincin dari jauhar dan mutiara (Al-Hadist).

Para bidadari surga juga selalu khusyuk berdo’a untuk suaminya yang masih berada di dunia supaya Allah mempermudah urusannya dalam menjalankan perintah agama. Dalam suatu hadits disebutkan : Sesunggunya para bidadari berdoa untuk para suami mereka saat para suami mereka masih berada didunia. Mereka berkata : “Ya Allah, tolonglah dia dalam menjalankan agama; hadapkan dia dengan dengan hatinya untuk taat kepada-Mu; dan sampaikan kami kepada kami, demi kemulian-Mu, Wahai Tuhan Maha Penyayang diantara semua orang penyayang,” (Al-Hadist).

Keindahan wajahnya sangat elok dan wanginya bidadari juga sangat wangi sehingga tidak bisa dibayangkan dengan akal saja, bahkan jika seandainya bidadari turun kedunia maka kecantikannya akan menyinari langit dan bumi bagaikan matahari yang menyinari siang hari. Jilbabnya saja sungguh lebih baik daripada seluruh dunia dan seisinya. Dalam suatu hadits disebutkan :

Seandainya bidadari menampakkan wajahnya, niscaya kecantikannya akan menyinari langit dan bumi. Seandainya wanita surga muncul kedunia, niscaya keharumannya memenuhi seluruh penjuruh dunia (Al-Hadis)

Rasulullah bersabda yang artinya: “Kalau seandainya wanita surga menengok ke bumi, niscaya antara langit dan bumi bercahaya dan penuh dengan bau harum, dan jilbab bidadari lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. al-Bukhari no.2796 dari sahabat Anas bin Malik)

Mereka (bidadari) adalah makhluk yang disucikan oleh Allah yang tidak pernah mengeluarkan kotoran dan belum pernah disentuh oleh siapapun juga. Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas berkata: “(istri-istri surga) mereka tidak haid, tidak mengeluarkan hadats (kencing dan kotoran) dan tidak pula mengeluarkan ingus.

Mujahid berkata: “Mereka tidak kencing dan tidak buang kotoran besar, tidak mengeluarkan madzi dan mani, tidak meludah, tidak mengeluarkan ingus dan tidak pula melahirkan.”

Dalam Al-Qur’an dijelaskan : “Katakanlah, inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan.”(al-Imran:15)

Orang-orang yang beriman di dalam surga bersenang-senang dengan istri-istri mereka sampai lupa dengan lupa dengan penderitaan yang pernah mereka alami didunia dan penderitaan para penghuni neraka, sehingga tidak ingat dan tidak memperhatikan mereka.

.
.copas

Berapa jumlah bidadari surga?

Para ulama telah berselisih menjadi dua Para ulama telah berselisih menjadi dua pendapat tentang berapakah jumlah pendapat tentang berapakah jumlah minimal bidadari (yang diciptakan Allah minimal bidadari (yang diciptakan Allah di surga) yang akan diperoleh setiap di surga) yang akan diperoleh setiap lelaki penghuni surga?, lelaki penghuni surga?,

Pendapat pertama menyatakan bahwa Pendapat pertama menyatakan bahwa setiap penghuni surga akan setiap penghuni surga akan

wanita-mendapatkan dua istri dari wanita-

dari

istri

dua

mendapatkan

wanita dunia dan 70 bidadari dari al-wanita dunia dan 70 bidadari dari al-huur al-‘iiin (bidadari yang diciptakan di huur al-‘iiin (bidadari yang diciptakan di surga). Dan inilah pendapat yang dipilih surga). Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Al-‘Irooqi, beliau berkata oleh Al-‘Irooqi, beliau berkata

ﺗﺒﻴﻦ ﺗﺒﻴﻦ ﻗﺪ ﻗﺪ ﻟﻪ ﻟﻪ ﻳﻜﻮن ﻳﻜﻮن ﻣﺎ ﻣﺎ أﻗﻞ أﻗﻞ وأن وأن ، ، اﻟﺪﻧﻴﺎ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻧﺴﺎء ﻧﺴﺎء ﻣﻦ ﻣﻦ اﻟﺠﻨﺔ اﻟﺠﻨﺔ ﻟﺴﺎﻛﻦ ﻟﺴﺎﻛﻦ

ﺑﺒﻘﻴﺔ ﺑﺒﻘﻴﺔ

اﻟﺮواﻳﺎت اﻟﺮواﻳﺎت

أن أن

اﻟﺰوﺟﻴﻦ اﻟﺰوﺟﻴﻦ

أﻗﻞ أﻗﻞ

ﻳﻜﻮن ﻳﻜﻮن ﻣﺎ ﻣﺎ

زوﺟﺔ زوﺟﺔ ﺳﺒﻌﻮن ﺳﺒﻌﻮن اﻟﻌﻴﻦ اﻟﻌﻴﻦ اﻟﺤﻮر اﻟﺤﻮر ﻣﻦ ﻣﻦ

riwayat-riwayat “Telah jelas dengan riwayat-riwayat

dengan

jelas

“Telah

hadits yang lain bahwasanya minimal hadits yang lain bahwasanya minimal bagi penghuni surga dua orang istri dari bagi penghuni surga dua orang istri dari wanita dunia dan 70 istri dari bidadari” wanita dunia dan 70 istri dari bidadari” (Torh At-Tatsriib 8/270). (Torh At-Tatsriib 8/270).

Dalil pendapat ini adalah sabda Nabi Dalil pendapat ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَدْﻧَﻰ أَدْﻧَﻰ َّ َّ إِن إِن ﻟَﺜَﻼَثَ ﻟَﺜَﻼَثَ ُ ُ ﻟَﻪ ﻟَﻪ َّ َّ وَإِن وَإِن ُ، ُ، اﻟﺴﱠﺎﺑِﻌَﺔ اﻟﺴﱠﺎﺑِﻌَﺔ ُ ُ وَﻓَﻮْﻗَﻪ وَﻓَﻮْﻗَﻪ ِ، ِ، اﻟﺴﱠﺎدِﺳَﺔ اﻟﺴﱠﺎدِﺳَﺔ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻠَﻰ َ َ وَﻫُﻮ وَﻫُﻮ

دَرَﺟَﺎت دَرَﺟَﺎت َ َ ﻟَﺴَﺒْﻊ ﻟَﺴَﺒْﻊ ُ ُ ﻟَﻪ ﻟَﻪ َّ َّ إِن إِن ً، ً، ﻣَﻨْﺰِﻟَﺔ ﻣَﻨْﺰِﻟَﺔ ِ ِ اﻟْﺠَﻨﱠﺔ اﻟْﺠَﻨﱠﺔ ِ ِ أَﻫْﻞ أَﻫْﻞ

ٍ، ٍ،

ﻣِﺎﺋَﺔ ﻣِﺎﺋَﺔ وَإِنﱠ وَإِنﱠ ، ، اﻟﺪﱡﻧْﻴَﺎ اﻟﺪﱡﻧْﻴَﺎ َ َ ﻣِﻦ ﻣِﻦ ِ ِ أَزْوَاﺟِﻪ أَزْوَاﺟِﻪ ﺳِﻮَى ﺳِﻮَى ً ً زَوْﺟَﺔ زَوْﺟَﺔ َ َ وَﺳَﺒْﻌِﻴﻦ وَﺳَﺒْﻌِﻴﻦ

ﺧَﺎدِم ﺧَﺎدِم ِ ِ

اﻟْﺤُﻮر اﻟْﺤُﻮر َ َ ﻣِﻦ ﻣِﻦ ُ ُ ﻟَﻪ ﻟَﻪ َّ َّ وَإِن وَإِن

اﻟْﻌِﻴﻦ اﻟْﻌِﻴﻦ ِ ِ

ﻻَﺛْﻨَﻴْﻦِ ﻻَﺛْﻨَﻴْﻦِ ِ ِ

ٍ، ... ٍ، ...

اﻟْﻮَاﺣِﺪَة اﻟْﻮَاﺣِﺪَة

ﻣِﻨْﻬُﻦ ﻣِﻨْﻬُﻦ َ َ

ﻟَﻴَﺄْﺧُﺬ ﻟَﻴَﺄْﺧُﺬ َّ َّ

ﻣَﻘْﻌَﺪُﺗﻬَﺎ ﻣَﻘْﻌَﺪُﺗﻬَﺎ

ﻣِﻴﻞ ﻣِﻴﻞ َ َ ﻗَﺪْر ﻗَﺪْر

اﻷَرْضِ اﻷَرْضِ َ َ ﻣِﻦ ﻣِﻦ ٍ ٍ

“Sesungguhnya penghuni surga yang “Sesungguhnya penghuni surga yang paling rendah kedudukannya memiliki paling rendah kedudukannya memiliki tujuh derajat (tingkatan), dan ia berada tujuh derajat (tingkatan), dan ia berada di tingkat yang ke enam, di atasnya di tingkat yang ke enam, di atasnya tingkat yang ketujuh. Ia memiliki tiga tingkat yang ketujuh. Ia memiliki tiga ratus pelayan… dan ia memiliki 72 istri ratus pelayan… dan ia memiliki 72 istri dari al-huur al-‘iin (bidadari) selain istri-dari al-huur al-‘iin (bidadari) selain istri-

Dan istrinya dari para wanita dunia. Dan

wanita dunia.

istrinya dari para

salah seorang dari para bidadari salah seorang dari para bidadari tersebut tempat duduknya seukuran tersebut tempat duduknya seukuran satu mil di dunia” satu mil di dunia” (HR Ahmad 2/537 no (HR Ahmad 2/537 no 10945, hadits ini adalah hadits yang 10945, hadits ini adalah hadits yang lemah, pada isnadnya ada perawi yang lemah, pada isnadnya ada perawi yang

bin lemah yang bernama Syahr bin

Syahr

bernama

yang

lemah

Hausyab) Hausyab)

Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Al-Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Al-Haafiz Ibnu Hajar, beliau berkata tatkala Haafiz Ibnu Hajar, beliau berkata tatkala menjelaskan hadits yang diriwayatkan menjelaskan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh dari Nabi shallallahu oleh Abu Huroiroh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘alaihi wa sallam:

أَوﱠل أَوﱠل وَﻻَ وَﻻَ َ َ ﻳَﻤْﺘَﺨِﻄُﻮْن ﻳَﻤْﺘَﺨِﻄُﻮْن َ َ وَﻻ وَﻻ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻓِﻴْﻬَﺎ َ َ ﻳَﺒْﺼُﻘُﻮْن ﻳَﺒْﺼُﻘُﻮْن َ َ ﻻ ﻻ ِ ِ اﻟْﺒَﺪْر اﻟْﺒَﺪْر َ َ ﻟَﻴْﻠَﺔ ﻟَﻴْﻠَﺔ

زُﻣْﺮَة زُﻣْﺮَة ُ ُ

اﻟْﺠَﻨﱠﺔ اﻟْﺠَﻨﱠﺔ ُ ُ ﺗَﻠِﺞ ﺗَﻠِﺞ ٍ ٍ

ﺻُﻮْرَﺗُﻬُﻢ ﺻُﻮْرَﺗُﻬُﻢ َ َ

ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻠَﻰ ْ ْ

ﺻُﻮْرَة ﺻُﻮْرَة

اﻟْﻘَﻤَﺮِ اﻟْﻘَﻤَﺮِ ِ ِ

ﻳَﺘَﻐَﻮﱠﻃُﻮْن ﻳَﺘَﻐَﻮﱠﻃُﻮْن ورﺷﺤﻬﻢ ورﺷﺤﻬﻢ اﻷﻟﻮة اﻷﻟﻮة ْ ْ وَﻣَﺠَﺎﻣِﺮُﻫُﻢ وَﻣَﺠَﺎﻣِﺮُﻫُﻢ ِ ِ وَاﻟْﻔِﻀﱠﺔ وَاﻟْﻔِﻀﱠﺔ ِ ِ اﻟﺬﱠﻫَﺐ اﻟﺬﱠﻫَﺐ

آﻧِﻴَﺘُﻬُﻢ آﻧِﻴَﺘُﻬُﻢ َ َ

ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻓِﻴْﻬَﺎ ْ ْ

اﻟﺬﱠﻫَﺐ اﻟﺬﱠﻫَﺐ

أَﻣْﺸَﺎﻃُﻬُﻢ أَﻣْﺸَﺎﻃُﻬُﻢ ُ ُ

ﻣِﻦَ ﻣِﻦَ ْ ْ

ﺳُﻮْﻗِﻬِﻤَﺎ ﺳُﻮْﻗِﻬِﻤَﺎ ُ ُ ﻣُﺦ ﻣُﺦ ﻳُﺮَى ﻳُﺮَى ِ ِ زَوْﺟَﺘَﺎن زَوْﺟَﺘَﺎن ْ ْ ﻣِﻨْﻬُﻢ ﻣِﻨْﻬُﻢ ٍ ٍ وَاﺣِﺪ وَاﺣِﺪ ِّ ِّ وَﻟِﻜُﻞ وَﻟِﻜُﻞ ُ ُ اﻟْﻤِﺴْﻚ اﻟْﻤِﺴْﻚ وَﻻَ وَﻻَ ْ ْ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢ َ َ اﺧْﺘِﻼَف اﺧْﺘِﻼَف وَﻻَ وَﻻَ ِ ِ اﻟْﺤَﺴَﻦ اﻟْﺤَﺴَﻦ َ َ ﻣِﻦ ﻣِﻦ ِ ِ اﻟﻠﱠﺤْﻢ اﻟﻠﱠﺤْﻢ ِ ِ وَرَاء وَرَاء ْ ْ ﻣِﻦ ﻣِﻦ

ﺗَﺒَﺎﻏُﺾ ﺗَﺒَﺎﻏُﺾ وَﻋَﺸِﻴﺎ وَﻋَﺸِﻴﺎ ً ً ﺑُﻜْﺮَة ﺑُﻜْﺮَة

ﻗُﻠُﻮْﺑُﻬُﻢ ﻗُﻠُﻮْﺑُﻬُﻢ َ َ

ﻗَﻠْﺐ ﻗَﻠْﺐ ْ ْ

رَﺟُﻞ رَﺟُﻞ ُ ُ

وَاﺣِﺪ وَاﺣِﺪ ٍ ٍ

ﻳُﺴَﺒﱢﺤُﻮْن ﻳُﺴَﺒﱢﺤُﻮْن ٍ ٍ

ﷲَ ﷲَ َ َ

“Rombongan yang pertama kali masuk “Rombongan yang pertama kali masuk

bentuk surga bentuk mereka seperti bentuk

seperti

mereka

bentuk

surga

rembulan di malam purnama, mereka rembulan di malam purnama, mereka tidak berludah, tidak beringus, tidak tidak berludah, tidak beringus, tidak buang air. Bejana-bejana mereka dari buang air. Bejana-bejana mereka dari emas, sisir-sisir mereka dari emas dan emas, sisir-sisir mereka dari emas dan perak, pembakar gaharu mereka dari perak, pembakar gaharu mereka dari kayu india, keringat mereka beraroma kayu india, keringat mereka beraroma misik, dan bagi setiap mereka dua orang misik, dan bagi setiap mereka dua orang

betis istri, yang Nampak sum-sum betis

sum-sum

Nampak

yang

istri,

mereka di balik daging karena mereka di balik daging karena

Tidak ada perselisihan di kecantikan. Tidak ada perselisihan di

kecantikan.

antara mereka, tidak ada permusuhan, antara mereka, tidak ada permusuhan, hati-hati mereka hati yang satu, mereka hati-hati mereka hati yang satu, mereka bertasbih kepada Allah setiap pagi dan bertasbih kepada Allah setiap pagi dan petang” petang” (HR Al-Bukhari no 3073) (HR Al-Bukhari no 3073)

Ibnu Hajar berkata, “Dan sabda Nabi Ibnu Hajar berkata, “Dan sabda Nabi

وَﻟِﻜُﻞ وَﻟِﻜُﻞ زَوْﺟَﺘَﺎنِ زَوْﺟَﺘَﺎنِ ْ ْ ﻣِﻨْﻬُﻢ ﻣِﻨْﻬُﻢ “Masing-masing mereka “Masing-masing mereka

وَاﺣِﺪٍ وَاﺣِﺪٍ ِّ ِّ

shallallahu ‘alaihi wa sallam shallallahu ‘alaihi wa sallam

mendapatkan dua istri”, yaitu istri dari mendapatkan dua istri”, yaitu istri dari para wanita dunia. Imam Ahmad telah para wanita dunia. Imam Ahmad telah meriwayatkan dari sisi yang lain dari meriwayatkan dari sisi yang lain dari Abu Huroiroh secara marfuu’ tentang Abu Huroiroh secara marfuu’ tentang sifat penghuni surge yang paling rendah sifat penghuni surge yang paling rendah kedudukannya bahwasana ia memiliki kedudukannya bahwasana ia memiliki 72 bidadari selain istri-istrinya yang dari 72 bidadari selain istri-istrinya yang dari dunia” (Fathul Baari 6/325) dunia” (Fathul Baari 6/325)

Adapun pendapat kedua, yaitu setiap Adapun pendapat kedua, yaitu setiap penghuni surga akan memperoleh dua penghuni surga akan memperoleh dua

dari istri. Dan dua istri ini adalah dari

adalah

ini

istri

dua

Dan

istri.

kalangan bidadari surga, dan bukan dari kalangan bidadari surga, dan bukan dari

Dalam kalangan para wanita dunia. Dalam

dunia.

wanita

para

kalangan

riwayat yang lain ada tambahan lafal riwayat yang lain ada tambahan lafal yang menafsirkan dengan tegas bahwa yang menafsirkan dengan tegas bahwa dua istri tersebut adalah dari kalangan dua istri tersebut adalah dari kalangan bidadari. Dalam riwayat yang lain bidadari. Dalam riwayat yang lain

أَوﱠل أَوﱠل ﻓِﻲ ﻓِﻲ ٍّ ٍّ دُرﱢي دُرﱢي ٍ ٍ ﻛَﻮْﻛَﺐ ﻛَﻮْﻛَﺐ ِ ِ ﻛَﺄَﺣْﺴَﻦ ﻛَﺄَﺣْﺴَﻦ ْ ْ آﺛَﺎرِﻫِﻢ آﺛَﺎرِﻫِﻢ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻠَﻰ َ َ وَاﻟﱠﺬِﻳْﻦ وَاﻟﱠﺬِﻳْﻦ

زُﻣْﺮَة زُﻣْﺮَة ُ ُ

ﺗَﺪْﺧُﻞ ﺗَﺪْﺧُﻞ ٍ ٍ

اﻟْﺠَﻨﱠﺔ اﻟْﺠَﻨﱠﺔ ُ ُ

ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻠَﻰ َ َ

ﺻُﻮْرَة ﺻُﻮْرَة

اﻟْﻘَﻤَﺮ اﻟْﻘَﻤَﺮ ِ ِ

ﻟَﻴْﻠَﺔ ﻟَﻴْﻠَﺔ ِ ِ

اﻟْﺒَﺪْرِ اﻟْﺒَﺪْرِ َ َ

ﻻَ ﻻَ ٍ ٍ وَاﺣِﺪ وَاﺣِﺪ ٍ ٍ رَﺟُﻞ رَﺟُﻞ ِ ِ ﻗَﻠْﺐ ﻗَﻠْﺐ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻠَﻰ ْ ْ ﻗُﻠُﻮْﺑُﻬُﻢ ﻗُﻠُﻮْﺑُﻬُﻢ ً ً إِﺿَﺎءَة إِﺿَﺎءَة ِ ِ اﻟﺴﱠﻤَﺎء اﻟﺴﱠﻤَﺎء زَوْﺟَﺘَﺎنِ زَوْﺟَﺘَﺎنِ ْ ْ ﻣِﻨْﻬُﻢ ﻣِﻨْﻬُﻢ ٍ ٍ اﻣْﺮِئ اﻣْﺮِئ ِّ ِّ ﻟِﻜُﻞ ﻟِﻜُﻞ َ َ ﺗَﺤَﺎﺳُﺪ ﺗَﺤَﺎﺳُﺪ َ َ وَﻻ وَﻻ ْ ْ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢ َ َ ﺗَﺒَﺎﻏُﺾ ﺗَﺒَﺎﻏُﺾ

اﻟْﺤُﻮْر اﻟْﺤُﻮْر َ َ ﻣِﻦ ﻣِﻦ وَاﻟﻠﱠﺤْﻢِ وَاﻟﻠﱠﺤْﻢِ

اﻟْﻌِﻴْﻦ اﻟْﻌِﻴْﻦ ِ ِ

ﻳُﺮَى ﻳُﺮَى ِ ِ

ﺳُﻮْﻗِﻬِﻦ ﺳُﻮْﻗِﻬِﻦ ُ ُ ﻣُﺦ ﻣُﺦ

وَرَاء وَرَاء ْ ْ ﻣِﻦ ﻣِﻦ َّ َّ

اﻟْﻌَﻈْﻢِ اﻟْﻌَﻈْﻢِ ِ ِ

“Rombongan yang pertama kali masuk “Rombongan yang pertama kali masuk surga dalam bentuk rembulan di malam surga dalam bentuk rembulan di malam purnama, dan rombongan berikutnya purnama, dan rombongan berikutnya seperti bintang yang bersinar paling seperti bintang yang bersinar paling terang, hati-hati mereka satu hati, tidak terang, hati-hati mereka satu hati, tidak

dengki ada kebencian dan saling dengki

saling

dan

kebencian

ada

diantara mereka. Masing-masing diantara mereka. Masing-masing

dari mereka mendapatkan dua istri dari

istri

dua

mendapatkan

mereka

bidadari, yang Nampak sum-sum betis-bidadari, yang Nampak sum-sum betis-betis bidadari-bidadari tersebut di balik betis bidadari-bidadari tersebut di balik tulang dan daging (karena cantiknya)” tulang dan daging (karena cantiknya)” (HR Al-Bukhari no 3081 dan Muslim no (HR Al-Bukhari no 3081 dan Muslim no 7325) 7325)

Dan inilah pendapat yang diisyaratkan Dan inilah pendapat yang diisyaratkan oleh Ibnul Qoyyim, ketika menjelaskan oleh Ibnul Qoyyim, ketika menjelaskan

Hausyab lemahnya hadits Syahr bin Hausyab

bin

Syahr

hadits

lemahnya

diatas. Beliau berkata, “Hadits (Syahr diatas. Beliau berkata, “Hadits (Syahr bin Hausyab) ini munkar menyelisihi bin Hausyab) ini munkar menyelisihi hadits-hadits yang shahih, karena tinggi hadits-hadits yang shahih, karena tinggi 60 hasta (yang itu merupakan tinggi 60 hasta (yang itu merupakan tinggi penduduk surga sebagaimana penduduk surga sebagaimana

yang dijelaskan dalam hadits-hadits yang

hadits-hadits

dalam

dijelaskan

shahih-pen) tidaklah mungkin bisa shahih-pen) tidaklah mungkin bisa menjadikan tempat duduk penghuni menjadikan tempat duduk penghuni surga (sebagaimana dalam hadits Syahr surga (sebagaimana dalam hadits Syahr bin Hausyab di atas-pen) seukuran satu bin Hausyab di atas-pen) seukuran satu mil dunia. Yang terdapat di shahih al-mil dunia. Yang terdapat di shahih al-

Muslim Bukhari dan shahih Muslim

shahih

dan

Bukhari

bahwasanya rombongan pertama yang bahwasanya rombongan pertama yang masuk dalam surga masing-masing masuk dalam surga masing-masing dari mereka mendapatkan dua istri dari dari mereka mendapatkan dua istri dari kalangan bidadari, maka bagaimana kalangan bidadari, maka bagaimana

rendah bisa bagi orang yang paling rendah

paling

yang

orang

bagi

bisa

kedudukannya di surga memperoleh 72 kedudukannya di surga memperoleh 72 bidadari?” (Haadil Arwaah 106) bidadari?” (Haadil Arwaah 106)

Dan ini juga pendapat yang dipilih oleh Dan ini juga pendapat yang dipilih oleh Mahmud syukri, dimana beliau berkata, Mahmud syukri, dimana beliau berkata,

hadits-hadits “Yang terdapat dalam hadits-hadits

dalam

terdapat

“Yang

yang shahih hanyalah ((Bagi masing-yang shahih hanyalah ((Bagi masing-masing penghuni surga dua istri)), dan masing penghuni surga dua istri)), dan tidak terdapat dalam shahih (Al-Bukhari tidak terdapat dalam shahih (Al-Bukhari dan Muslim) tambahan lebih dari dua dan Muslim) tambahan lebih dari dua istri. Jika hadits-hadits yang istri. Jika hadits-hadits yang menyebutkan tambahan (lebih) dari dua menyebutkan tambahan (lebih) dari dua istri adalah hadits-hadits yang shahih istri adalah hadits-hadits yang shahih maka maksudnya adalah gundik-gundik maka maksudnya adalah gundik-gundik sebagai tambahan selain dari dua istri… sebagai tambahan selain dari dua istri… atau maksudnya sang penghuni surga atau maksudnya sang penghuni surga diberi kekuatan untuk menjimak jumlah diberi kekuatan untuk menjimak jumlah bilangan (tambahan) tersebut. Dan bilangan (tambahan) tersebut. Dan inilah yang datang dalam hadits yang inilah yang datang dalam hadits yang

perawi shahih lantas sebagian perawi

sebagian

lantas

shahih

meriwayatkan dengan secara makna meriwayatkan dengan secara makna

setiap lalu berkata, “Maka bagi setiap

bagi

“Maka

berkata,

lalu

penghuni surga jumlah sekian dan penghuni surga jumlah sekian dan sekian bidadari” (Syarh Abyaatul sekian bidadari” (Syarh Abyaatul Jannah min Nuuniyah Ibnil Qoyyim 210-Jannah min Nuuniyah Ibnil Qoyyim 210-211), dan pendapat kedua inilah yang 211), dan pendapat kedua inilah yang dikuatkan oleh Syaikh Al-Albani (Ad-dikuatkan oleh Syaikh Al-Albani (Ad-Dho’iifah dalam syarah hadits no 6103) Dho’iifah dalam syarah hadits no 6103)

Meskipun ada kekhususan bagi para Meskipun ada kekhususan bagi para syuhadaa’ (mereka yang mati di medan syuhadaa’ (mereka yang mati di medan jihad) maka bagi mereka 72 bidadari. jihad) maka bagi mereka 72 bidadari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bersabda ﻳُﻐْﻔَﺮَ ﻳُﻐْﻔَﺮَ ْ ْ أَن أَن ٍ ٍ ﺧِﺼَﺎل ﺧِﺼَﺎل َّ َّ ﺳِﺖ ﺳِﺖ َّ َّ وَﺟَﻞ وَﺟَﻞ َّ َّ ﻋَﺰ ﻋَﺰ ِ ِ اﻟﻠﱠﻪ اﻟﻠﱠﻪ َ َ ﻋِﻨْﺪ ﻋِﻨْﺪ ِ ِ ﻟِﻠﺸﱠﻬِﻴﺪ ﻟِﻠﺸﱠﻬِﻴﺪ َّ َّ إِن إِن اﻟْﺠَﻨﱠﺔِ اﻟْﺠَﻨﱠﺔِ ْ ْ ﻣِﻦ ﻣِﻦ ُ ُ ﻣَﻘْﻌَﺪَه ﻣَﻘْﻌَﺪَه وَﻳَﺮَى وَﻳَﺮَى ِ ِ دَﻣِﻪ دَﻣِﻪ ْ ْ ﻣِﻦ ﻣِﻦ ٍ ٍ دَﻓْﻌَﺔ دَﻓْﻌَﺔ ِ ِ أَوﱠل أَوﱠل ﻓِﻲ ﻓِﻲ ُ ُ ﻟَﻪ ﻟَﻪ

وَﻳُﺤَﻠﱠﻰ وَﻳُﺤَﻠﱠﻰ اﻷَْﻛْﺒَﺮِ اﻷَْﻛْﺒَﺮِ ِ ِ اﻟْﻔَﺰَع اﻟْﻔَﺰَع ْ ْ ﻣِﻦ ﻣِﻦ َ َ وَﻳَﺄْﻣَﻦ وَﻳَﺄْﻣَﻦ ِ ِ اﻟْﻘَﺒْﺮ اﻟْﻘَﺒْﺮ ِ ِ ﻋَﺬَاب ﻋَﺬَاب ْ ْ ﻣِﻦ ﻣِﻦ

اﻹِْﻳﻤَﺎن اﻹِْﻳﻤَﺎن َ َ ﺣُﻠﱠﺔ ﺣُﻠﱠﺔ

وَﻳُﺰَوﱠج وَﻳُﺰَوﱠج ِ ِ

اﻟْﺤُﻮر اﻟْﺤُﻮر ْ ْ ﻣِﻦ ﻣِﻦ َ َ

اﻟْﻌِﻴﻦ اﻟْﻌِﻴﻦ ِ ِ

وَﻳُﺠَﺎرَ وَﻳُﺠَﺎرَ ِ ِ

“Bagi orang yang mati syahid di sisi “Bagi orang yang mati syahid di sisi Allah enam keutamaan, ia diampuni Allah enam keutamaan, ia diampuni tatkala pertama kali darahnya muncrat, tatkala pertama kali darahnya muncrat, ia melihat tempat duduknya di surga, ia ia melihat tempat duduknya di surga, ia dihiasi dengan gaun keimanan, dan ia dihiasi dengan gaun keimanan, dan ia dinikahkan dengan 72 bidadari, ia dinikahkan dengan 72 bidadari, ia

dan diselamatkan dari adzab qubur, dan

qubur,

dari adzab

diselamatkan

diamankan tatkala hari kebangkitan” diamankan tatkala hari kebangkitan” (HR Ahmad no 17182, At-Thirmidzi no (HR Ahmad no 17182, At-Thirmidzi no 1663, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-1663, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 3213) Albani dalam As-Shahihah no 3213)

Perselisihan di atas adalah mengenai Perselisihan di atas adalah mengenai jumlah minimal bidadari yang akan jumlah minimal bidadari yang akan diperoleh para lelaki penghuni surgea. diperoleh para lelaki penghuni surgea.

mukmin Tentunya jika seorang mukmin

seorang

jika

Tentunya

menghendaki lebih dari dua bidadari menghendaki lebih dari dua bidadari maka akan dikabulkan oleh Allah maka akan dikabulkan oleh Allah berdasarkan keumuman firman Allah berdasarkan keumuman firman Allah

وَﻟَﻜُﻢ وَﻟَﻜُﻢ

ﻓِﻴﻬَﺎ ﻓِﻴﻬَﺎ ْ ْ

ﺗَﺸْﺘَﻬِﻲ ﺗَﺸْﺘَﻬِﻲ ﻣَﺎ ﻣَﺎ

أَﻧْﻔُﺴُﻜُﻢ أَﻧْﻔُﺴُﻜُﻢ

وَﻟَﻜُﻢ وَﻟَﻜُﻢ ْ ْ

ﻓِﻴﻬَﺎ ﻓِﻴﻬَﺎ ْ ْ

ﺗَﺪﱠﻋُﻮنَ ﺗَﺪﱠﻋُﻮنَ ﻣَﺎ ﻣَﺎ

Di dalamnya kamu memperoleh apa Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh yang kamu inginkan dan memperoleh

kamu (pula) di dalamnya apa yang kamu

yang

apa

dalamnya

di

(pula)

minta. minta. (QS Fusshilat : 31) (QS Fusshilat : 31)

Juga firman Allah Juga firman Allah

ﻳُﻄَﺎف ﻳُﻄَﺎف ﺧَﺎﻟِﺪُونَ ﺧَﺎﻟِﺪُونَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻓِﻴﻬَﺎ ْ ْ وَأَﻧْﺘُﻢ وَأَﻧْﺘُﻢ ُ ُ اﻷﻋْﻴُﻦ اﻷﻋْﻴُﻦ ُّ ُّ وَﺗَﻠَﺬ وَﺗَﻠَﺬ ُ ُ اﻷﻧْﻔُﺲ اﻷﻧْﻔُﺲ ِ ِ ﺗَﺸْﺘَﻬِﻴﻪ ﺗَﺸْﺘَﻬِﻴﻪ

ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢ ُ ُ

ﺑِﺼِﺤَﺎف ﺑِﺼِﺤَﺎف ْ ْ

ذَﻫَﺐ ذَﻫَﺐ ْ ْ ﻣِﻦ ﻣِﻦ ٍ ٍ

وَأَﻛْﻮَاب وَأَﻛْﻮَاب ٍ ٍ

وَﻓِﻴﻬَﺎ وَﻓِﻴﻬَﺎ ٍ ٍ

ﻣَﺎ ﻣَﺎ

٧١ ٧١ ) ) ) )

Diedarkan kepada mereka piring-piring Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya". (Az-mata dan kamu kekal di dalamnya". (Az-Zukhruf : 71) Zukhruf : 71)

Apa saja yang dihasratkan dan diminta Apa saja yang dihasratkan dan diminta oleh penghuni surga maka akan oleh penghuni surga maka akan dikabulkan oleh Allah. dikabulkan oleh Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : juga bersabda : وَاﺣِﺪَةٍ وَاﺣِﺪَةٍ ٍ ٍ ﻟُﺆْﻟُﺆَة ﻟُﺆْﻟُﺆَة ْ ْ ﻣِﻦ ﻣِﻦ ً ً ﻟَﺨَﻴْﻤَﺔ ﻟَﺨَﻴْﻤَﺔ ِ ِ اﻟْﺠَﻨﱠﺔ اﻟْﺠَﻨﱠﺔ ﻓِﻰ ﻓِﻰ ِ ِ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻦ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻦ َّ َّ إِن إِن أَﻫْﻠُﻮنَ أَﻫْﻠُﻮنَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻓِﻴﻬَﺎ ِ ِ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻦ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻦ ً ً ﻣِﻴﻼ ﻣِﻴﻼ َ َ ﺳِﺘﱡﻮن ﺳِﺘﱡﻮن ﻃُﻮﻟُﻬَﺎ ﻃُﻮﻟُﻬَﺎ ٍ ٍ ﻣُﺠَﻮﱠﻓَﺔ ﻣُﺠَﻮﱠﻓَﺔ

ﻳَﻄُﻮف ﻳَﻄُﻮف

ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢ ُ ُ

اﻟْﻤُﺆْﻣِﻦ اﻟْﻤُﺆْﻣِﻦ ُ ُ

ﻳَﺮَى ﻳَﺮَى َ َ ﻓَﻼ ﻓَﻼ ُ ُ

ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢ

ﺑَﻌْﻀًﺎ ﺑَﻌْﻀًﺎ ْ ْ

“Bagi seorang mukmin di surga sebuah “Bagi seorang mukmin di surga sebuah kemah dari sebuah mutiara yang kemah dari sebuah mutiara yang berongga, panjangnya 60 mil, dan bagi berongga, panjangnya 60 mil, dan bagi seorang mukmin dalam kemah mutiara seorang mukmin dalam kemah mutiara tersebut istri-istrinya, sang mukmin tersebut istri-istrinya, sang mukmin berkeliling mengitari mereka sehingga berkeliling mengitari mereka sehingga sebagian mereka tidak melihat sebagian sebagian mereka tidak melihat sebagian yang lain” yang lain” (HR Al-Bukhari no 3243 dan (HR Al-Bukhari no 3243 dan Muslim no 7337) Muslim no 7337)

Al-Munaawi berkata, “Bagi sang Al-Munaawi berkata, “Bagi sang

ia mukmin istri-istri yang banyak, ia

banyak,

yang

istri-istri

mukmin

mengelilingi istri-istri tersebut untuk mengelilingi istri-istri tersebut untuk

yang menjimak mereka atau yang

atau

mereka

menjimak

semisalnya, sehingga sebagian bidadari semisalnya, sehingga sebagian bidadari tidak melihat bidadari yang lain karena tidak melihat bidadari yang lain karena besarnya kemah mutiara tersebut” (At-besarnya kemah mutiara tersebut” (At-Taisiir bi syarh al-Jaami’ as-Shogiir, 1/Taisiir bi syarh al-Jaami’ as-Shogiir, 1/685) 685)

Wahai para perindu dan peminang Wahai para perindu dan peminang bidadari… sadarkah anda betapa indah bidadari… sadarkah anda betapa indah

Allah dan sempurna bidadari yang Allah

yang

bidadari

sempurna

dan

siapkan untuk anda…???. Bayangkan siapkan untuk anda…???. Bayangkan jika anda memasuki sebuah istana di jika anda memasuki sebuah istana di

indah surga yang begitu cantik dan indah

dan

cantik

begitu

yang

surga

yang terbuat dari emas, permata, dan yang terbuat dari emas, permata, dan mutiara. Lantas ternyata dalam istana mutiara. Lantas ternyata dalam istana

sedang tersebut puluhan bidadari sedang

bidadari

puluhan

tersebut

menanti anda….seluruhnya tersenyum… menanti anda….seluruhnya tersenyum… seluruhnya merindukan kedatangan seluruhnya merindukan kedatangan

dan anda… seluruhnya menyeru dan

menyeru

seluruhnya

anda…

menyebut-nyebut nama anda dengan menyebut-nyebut nama anda dengan penuh kerinduan…semuanya berlomba penuh kerinduan…semuanya berlomba untuk melayani anda… untuk melayani anda…
.
.copas....